Oleh: NIRWONO JOGA
Koordinator Kemitraan Kota Hijau

Tahukah Anda, di Ja­karta rata-rata ada 10 pohon sedang dan besar yang ditebang per hari atau totalnya 3.650 per tahun. Pohon-pohon tersebut ditebang, baik oleh ma­syarakat atau pemerintah daerah (pemda).

Penebangan itu meningkat saat memasuki musim pancaroba karena banyak pohon tumbang atau ditebang atas permintaan pihak tertentu (trauma pohon tumbang).

Dinas Pertamanan dan Pe­makaman DKI Jakarta mencatat, dari 4.986.000 pohon yang ter­data dan dipelihara pada 2013, terdeteksi 15.287 pohon besar rawan tumbang.

Pohon rawan tumbang ini tersebar di 79 lokasi. Tercatat, 1.248 pohon tua terdapat di ka­wasan Menteng dan Lapangan Banteng Jakarta Pusat, Kebay­oran Baru Jakarta Selatan, dan Jatinegara Jakarta Timur.

Jumlah pohon yang ditebang itu di luar penebangan besar-be­saran yang dilakukan secara siste­matis (seizin pemda) atas nama pembangunan infrastruktur kota.

Sebanyak 1.100 pohon telah ditebang sepanjang koridor Jalan Sudirman-Thamrin untuk pemban­gunan mass rapid transit (MRT). Sekitar 500 pohon turut ditebang karena terkena konstruksi jalan layang nontol untuk bus TransJa­karta. Tak heran jika Jakarta sema­kin terasa panas dan gersang.

Banyak yang tak tahu bahwa setiap 21 November diperingati Hari Pohon Sedunia. Padahal di tengah fenomena pemanasan global, perubahan iklim, dan degradasi kualitas lingkungan; pohon hadir sebagai penyelamat utama Bumi.

Pohon memiliki banyak mak­na. Kitab suci mempertegas ke­berlanjutan alam dan makhluk hidup tergantung upaya pelestar­ian pohon. Pohon Bodhi (Ficus religiosa) menaungi Candi Boro­budur. Pohon kiara payung (Filici­um decipiens) mengelilingi Candi Prambanan sebagai “tangga ke langit”. Pohon kamboja (Plume­ria alba) merupakan simbol kesu­cian/kesakralan di halaman pura atau taman pemakaman.

Pohon adalah satu-satunya yang menghasilkan oksigen dan menyerap air secara alami. Ini sangat penting bagi keberlanju­tan hidup kita dan kota.

Satu hektare ruang terbuka hijau (RTH) dengan 16 pohon besar berkanopi 20 meter meng­hasilkan 0,6 ton oksigen per hari atau setrara 219 ton per tahun. Se­jumlah ini juga menyerap 2,5 ton karbon dioksida per tahun atau rata-rata 6 kilogram karbon diok­sida per batang tiap tahun.

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Sejumlah pohon tersebut juga menyimpan 900 meter kubik air tanah per tahun, menurunkan suhu 5-8 derajat Celsius, mere­dam kebisingan 25-80 persen, dan menjaga kekuatan angin 75- 80 persen.

Namun, banyak pohon yang ditanam tidak sesuai peruntukan serta standar keamanan dan kese­lamatan. Jadi, pohon tumbuh tidak pada tempat semestinya dan rawan ditebang demi pembangunan kota. Untuk itu, pohon harus didata ulang, serta dideteksi tingkat kes­ehatan dan keamanannya.

Pohon sebagai makhuk hidup tentu mengalami siklus tumbuh kembang, sehat, sakit, dan mati (usia tua, ditebang, tumbang). Pe­mangkasan dahan, ranting, dan batang pohon harus dilakukan rutin dan direncanakan matang. Itu semua mesti dilakukan di bawah pengawasan tenaga profe­sional, tidak asal pangkas seperti sekarang.

Pohon adalah makhluk hidup yang memiliki hak hidup, sama sebagai warga kota. Pohon perlu dilengkapi kartu identitas dan terdaftar (program registrasi dan asuransi pohon) sehingga lokasi kondisi pohon dapat dilacak dan diketahui status terkininya, po­hon sehat, sakit, keropos, patah, atau akan tumbang.

Pohon yang sakit dirawat, yang patah dipangkas rapi, yang berlubang ditambal, yang sudah keropos atau akan tumbang dite­bang dan segera diganti pohon baru yang lebih kuat. Pohon dia­suransikan sehingga warga atau kendaraannya yang terdampak pohon tumbang mendapat biaya ganti rugi dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman.

Warga juga dapat menjadi orang tua asuh dalam program adopsi pohon di sekitar tempat tinggal. Mereka bisa merawat, memelihara, dan menjaga pohon dengan baik; layaknya pohon di halaman rumah sendiri.

Tanam Pohon

Seiring pembangunan infra­struktur kota yang telah banyak menebangi pohon, sudah seha­rusnya pemda melakukan ger­akan penanaman pohon kembali di seluruh wilayah. Jakarta masih kekurangan 5.826.500 pohon (2013) dari total target penana­man pohon sebanyak 10.812.500 pohon (2030).

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Untuk itu, Dinas Pertamanan dan Pemakaman harus menyu­sun Rencana Induk Penghijauan dan rancangan peraturan daerah (raperda) tentang pohon. Ren­cana Induk Penghijauan meliputi pemetaan lokasi eksisting pohon terkini dan rencana lokasi pena­naman (penyulaman, penana­man baru), tema penghijauan (identitas lokal, nama kawasan, jalan protokol, habitat satwa liar), dan pemilihan pohon yang sesuai lokasi (kondisi tapak, taman dan jalur hijau, pertimbangan per­ancangan, teknik pemeliharaan, dan manfaatnya bagi makhluk hidup).

Penanaman harus memenuhi syarat kecocokan jenis pohon, ketepatan cara dan waktu pena­naman, serta kemudahan pemeli­haraan pascatanam. Pohon lebih baik berasal dari pengembang­biakan biji karena memiliki pera­karan tunggang kuat dan kokoh. Untuk itu, butuh kebun bibit yang khusus menyiapkan bibit pohon dalam jumlah massal hingga siap tanam dalam jangka panjang.

Pola tanam pohon sebaiknya berlapis-lapis. Strata pertama pe­nyerap polutan partikel. Strata kedua penyerap polutan gas. Se­mentara itu, strata ketiga menjadi peredam kebisingan.

Ini dimaksudkan meng­hindari gangguan proses ekofi­siologi pohon yang menyebabkan pohon cenderung terpapar polu­tan tinggi sehingga mengganggu metabolisme tanaman. Polutan terbagi rata pada lapisan tana­man dapat meminimalkan kadar polutan lingkungan dan mengu­rangi stres pohon.

Memasuki musim hujan meru­pakan waktu yang paling tepat untuk menanam pohon, mulai dari halaman rumah, depan tepi jalan, bantaran kali, kolong jalan layang, tepi lapangan olahraga, halaman sekolah, taman lingkun­gan, taman pemakaman, hingga taman kota. Banyak pilihan po­hon, seperti marunda (Mangifera laurina), menteng (Baccaurea racemosa), kemang (Mangifera caecae), mahoni (Swietenia mac­rophylla), sawo kecik (Manilkara kauki), ketapang (Terminilia cat­tapa), waru laut (Hibiscus tili­aceus), ataupun cemara laut (Ca­suarina equisetifolia). Dengan melestarikan pohon, kita telah menyelamatkan kota dari bunuh diri ekologis. Jadi, mari tanam dan pelihara pohon!

sumber: Sinarharapan.co

============================================================
============================================================
============================================================