mantan PNS Kemensos RI, magister kesejahteraan sosial
Dalam survei BloomÂberg, minggu pertaÂma Juli 2015 dengan narasumber para ekonom ternama tingkat dunia, dengan mengguÂnakan data akurat serta indikator ilmiah dalam menggambarkan kondisi perekonomian sejumlah negara di dunia justru menilai positif perekonomian Indonesia tahun 2015. Indonesia tidak terÂmasuk 10 negara terburuk dengan kinerja ekonomi terburuk pada kuartal IV-2015, yaitu Kazakhstan sebesar 1,2 persen, Italia (1,1 persÂen), Yunani (0,9 persen), Serbia (0,5 persen), Kroasia (0,2 persen), Swiss (0,1 persen), Argentina (-1,5 persen), Brasil (-1,6 persen), Rusia (-3,5 persen), Ukraina (-4 persen).
Ekonomi Nusantara ini semula diperkirakan tumbuh 5,44 persen di kuartal IV-2015. Posisi IndoneÂsia lebih baik dibandingkan negara tetangganya, Malaysia, yang bertengger di posisi 7 dunia. PDB Malaysia pun semula dipreÂdiksi tumbuh 4,4 persen. Berikut ini 10 negara yang sejak awal diperkirakan bakal mencetak kinerja ekonomi cemerlang di akhir taÂhun 2015, yakni Taiwan sebesar (3,5 persen), Turki (3,8 persen), Polandia (4 persen), Malaysia (4,4 persen), Irlandia (4,5 persen), Indonesia (5,44 persen), Filipina (5,7 persen), Vietnam (6,1 persen), China (6,9 persÂen), India (7,5 persen).
Turbelensi ekonomi dunia akhir-akhir ini menempatkan jajaran negara maju yang selama ini perkasa, haÂrus puas melalui masa berat tahun 2015 dengan tingkat p e r Âtumbuhan ekonomi relatif kecil. Negara-negara yang selama ini menjadi motor ekonomi dunia seperti Jepang, Jerman, Prancis, dan Belanda hanya akan menikÂmati pertumbuhan 1,5-1,8 persen. Kondisi Amerika Serikat sedikit lebih baik setelah diprediksi bakal mencetak pertumbuhan ekonomi 2,1 persen.
Menurut prediksi, menutup tahun 2015, dunia masih akan meÂlihat dua kekuatan ekonomi Asia yang menjadi motor perekonoÂmian dunia. China diproyeksikan bakal mencetak PDB 2015 sebesar 6,9 persen, atau tertinggi kedua di dunia. Kita tidak perlu miris denÂgan angka pertumbuhan sesama negara di Asia tersebut, potensi dan kekuatan internal Indonesia dan India, RRT memang berbeda. Indonesia realistis menetapkan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 di bawah angka 6 persen. Ibarat mendaki gunung, maka kita tidak menggantungkah harapan untuk mencapai puncak gunung yang tinggi karena kemampuan kita belum bisa mendukung.
Jalan raya, pelabuhan laut, bandara, listrik merupakan infraÂstruktur vital dan strategis untuk mendukung pembangunan serta membawa kemajuan bagi suatu wilayah. Persoalannya, berbagai jenis infrastruktur tersebut fakÂtanya di wilayah timur Indonesia masih amat minim, dan di wilayah barat pun masih belum memuasÂkan. Jalan Trans-Sumatera mulai hancur di lokasi-lokasi tertentu.
Kita mendukung pembanÂgunan jalur rel kereta api baru sepanjang 3.000-an km di Pulau Sulawesi yang sudah dimulai dan diprogramkan akan selesai taÂhun 2018 dan di Kalimantan yang menurut rencana akan selesai dan berfungsi tahun 2019. Juga, pembangunan ribuan megawatt listrik, puluhan pelabuhan laut, bandara diharapkan dapat disÂelesaikan pada 2019. Jadi, ketika pemerintahan era Joko Widodo – Jusuf Kalla ( Jokowi-JK) berakhir, semua program besar pembanguÂnan infrastruktur tersebut berada dalam perfect ending.
Membangun berbagai dan beÂragam infrastruktur tak gampang ibarat membalik telapak tangan. Ini memerlukan perencanaan komprehensif, membutuhkan pengkajian secara detail teknis atau fisik proyek, termasuk keterkaiÂtannya dengan persoalan huÂkum dan sosial. Diperlukan juga dukungan sumber pembiayaan ribuan triliun rupiah untuk merealisasikannya, bahkan suÂdah barang tentu memerlukan bantuan asing atau Government to Government (G to G).
Kita optimis, Indonesia ke depan tidak berada dalam ketidaÂkpastian. Perubahan yang diidamÂkan tidaklah mudah, harus diÂtempuh melalui jalan perjuangan yang keras, terjal, berliku-liku. â€Roma tidak dibanÂgun dalam satu malam.â€
Korupsi sebÂagai musuh utama pemÂbangunan harus dieliminasi, khususnya dalam proses pemÂbangunan infrastruktur yang melibatkan ribuan triliunan rupiah. Maka, jangan ada penyÂelenggara negara berhati kotor yang menggerogoti sepersen pun dana yang tersedia. ***