GENERASI muda, khususnya anak-anak dianggapsebagaiaset yang berharga untuk penentu masa depan. Sehingga psikologis anak benar-benar dijaga. Sekecilapapun menghindarkan dari tekanan(pressure), dan sekecil apapun proses pencapaian hasilakan mendapatkan apresiasi. Hak-hak anak seperti hak bermain, hak bebas berpendapat, hak bergerak dan bersosialisasi diberikan bersamaan dengan hak merekauntuk belajar.
Oleh : Irma R. Priyadi dan Hari Priyadi
[email protected] ; [email protected]
Satu tahun terakhir sebelum kami meÂninggalkan Swedia, anak-anak sempat mengikuti Indonesia Online School denÂgan SIB atau Sekolah Indonesia Beograd, yang dipelopori Kedutaan Serbia. Bersama denÂgan anak-anak lain dari seluruh penjuru Eropa, setiap sore anak-anak belajar beberapa mata peÂlajaran seperti Agama Islam, Bahasa Indonesia, PKn dan IPS. Dengan tujuan, supaya anak-anak beradaptasi dengan kurikulum sekolah IndoÂnesia. Sehingga tidak ‘termehek-mehek’ ketika kembali melanjutkan sekolahnya di tanah air.
Kekawatiran kami juga dirasakan teman-teÂman yang sudah lama tinggal di Eropa. Hampir sebagian besar anak-anak akan bermasalah denÂgan kurikulum, metode pengajaran, materi, forÂmasi dalam kelas, makanan yang dikonsumsi, berbagai syarat pendaftaran dll.
Birokrasi Pendaftaran Efisien
Era tehnologi saat ini dimanfaatkan betul untuk kemudahan sistem birokrasi di semua sektor pemerintah Swedia. Hampir segala sesÂuatunya bisa diurus melalui internet. Hal ini tentu lebih cepat, praktis dan efisien. PendafÂtaran sekolahpun bisa dilakukan dengan cara mengisi formulir pendaftaran dan mengirimkan via email ke sekolah yang dituju.
Tak perlu antri berjam-jam untuk mengamÂbil no urutan formulir pendaftaran ratusan hingga ribuan, ataupun berbagai macam test dalam kemampuan kognitif seperti membaca, menulis, dan berhitung. Untuk anak Sekolah Dasar (SD) syarat utama adalah berumur 7 taÂhun, dengan pertimbangan bahwa anak diuÂmur 7 tahun sudah mempunyai kematangan emosional dan dianggap siap untuk menerima pelajaran.
Kurikulum Tetap, Metode Pengajaran DiÂperbarui
Pada dasarnya kurikulum pendidikan hampir tidak berubah, tetapi metode pengaÂjaran yang selalu diperbarui. Setiap saat guru-guru wajib mengikuti latihan metode pengaÂjaran lalu menerapkan di sekolah. Kreativitas guru sangat diperlukan dalam metode pengaÂjaran.
Ewa Olsson, guru matematika sekaligus wali kelas 1-3 mempunyai metode pengajaran yang sangat brilliant yaitu kolaborasi antara gerak, intelektual dan perasaan. Metode RYTMIK MATEMATIK ini menggabungkan antara hitunÂgan matematika dengan music dan dansa. Ewa menjelaskan “ Metode ini mempunyai tema yang berbeda sesuai materi. Tujuannya memoÂtivasi anak-anak untuk mempelajari matemaÂtika. Selain itu menstimulasi visual anak-anak, keberanian di depan audien, dan konsentrasi. Sehingga anak-anak lebih mudah dalam hitunÂgan, kemampuan mengingat, memperhatikan lalu bereaksiâ€.
Ruang Gerak Luas dan Bebas
Satu kelas dengan kapasitas 40-50 anak denÂgan satu orang guru? Bagaimana sistem belajar mengajar bisa berlangsung dengan nyaman? Lalu bagaimana ruang gerak anak-anak?
Di Swedia komposisi guru dan anak dalam kelas sangat dipertimbangkan. Biasanya kapaÂsitas antara 17-25 anak, diperlukan 2-3 orang pembimbing. Yaitu 1 orang guru dengan 1-2 asistennya sesuai kapasitas murid dalam keÂlas. Dengan pertimbangan bahwa setiap guru bisa menghandle maksimal 8-10 anak. Tujuannya agar proses transÂfer ilmu akan lebih mudah dan cepat. Anak-anak juga bisa focus dan konsenÂtrasi dalam proses belajar mengajar.
Dengan kapasitas murid terbatas tentu saja guru akan lebih leluasa dalam mengatur formasi tempat duduk. Satu waktu saya memperhatiÂkan formasi meja dalam bentuk melÂingkar. Mereka bisa leluasa menaÂtap wajah teman-temannya sambil berdiskusi atau menerima materi.
Pernah suatu ketika saya melihat formasi meja membentuk kotak dengan mengosongkan bagian tengah ruangan tetapi tetap dalam posisi berhadap-hadaÂpan. Ada kalanya menggunakan formasi yang sama dengan sekolah di Indonesia. SeÂhingga anak-anak merasakan suasana yang baru.
Halaman sekolah yang luas membuat anak-anak leluasa bergerak, dilengkapi dengan mainÂan edukatif dan arena olah raga seperti lapanÂgan basket dan sepak-bola.
Komunikasi Aktif Guru dan Orang Tua MuÂrid
Satu hal yang membuat kami kagum yaitu adanya laporan mingguan dari guru kelas. SeÂtiap hari Jumat guru menitipkan satu lembar kertas pada anak-anak yang berisi mengenai peÂlajaran dan materi yang telah dipelajari, disertai rencana beberapa minggu ke depan selama 1 bulan. Ada pula guru yang menyampaikan meÂlalui email. Setiap 6 bulan sekali diadakan indiÂviduell utvecklingsamtal atau laporan evaluasi siswa. Dalam pertemuan ini guru akan bertemu secara individu dengan orang tua masing-masÂing siswa untuk menjelaskan perkembangan beÂlajar, kemampuan, pencapaian akademik dan target ke depan.
Secara rutin diadakan pertemuan semua orang tua murid dalam satu kelas dengan wali kelas. Ataupun gabungan orang tua murid beÂberapa kelas dengan kepala sekolah, guru-guru dan pengurus sekolah.
Hal ini sebagai ajang silaturahmi juga memÂberikan gambaran umum mengenai segala hal mengenai sekolah. Kami santai berdiskusi membahas lingkungan sekolah dan menyamÂpaikan ide-ide juga keluhan dan kritikan sambil fika, yaitu tradisi minum teh atau kopi dengan ditemani kue kering, cake dll.
Ada juga forum khusus dimana wakil orang tua murid setiap kelas diberi kesempatan untuk berdisÂkusi denÂgan kepala sekolah. Kebetulan saya selalu didaulat sebagai salah satu wakilnya.
Teori dengan Praktek dan Aplikasi
Materi/teori yang dipelajari sering kali dilakukan pengaÂmatan langsung atau mengguÂnakan contoh visual. Hal ini akan mempermudah kemampuan anak dalam mengingat. Bukan teori hafaÂlan tak berujung yang pada akhirnya terlupakan ketika halaman buku berganÂti ke materi yang baru.
Dalam penerapan metode baruÂpun, guru tidak langsung menerapkan metode itu kepada semua murid. SeÂhingga tiap murid akan mendapat metode pengajaran dengan pendekatan berbeda, sesuai keÂmampuan dan kapasitas akademik mereka.
- (Keduanya bekerja dan pemerhati di bidang lingkungan tinggal di Taman Yasmin Bogor, pernah tinggal selama 4 tahun di Swedia melanjutkan Program Doktor bersama dengan kedua putranya Daffanendra Dejuno (11 th) dan GhaÂzynathrya Demarcho (8 th))