WASHINGTON TODAYÂ – Amerika Serikat menerapkan sanksi baru terÂkait program rudal balistik Iran pada Minggu (17/1). Pemberian sanksi semÂpat ditunda selama dua pekan agar tiÂdak mengganggu proses pembebasan warga AS yang ditahan Iran.
Sanksi ini juga ditetapkan sehari setelah sanksi ekonomi atas Iran resÂmi dicabut sejak Sabtu. Dikutip dari Reuters, sanksi dijatuhkan oleh KeÂmenterian Keuangan AS pada 11 peruÂsahaan dan individu yang memasok material untuk rudal balistik Iran.
Individu yang dijatuhi sanksi adalah lima warga Iran, sementara jaringan perusahaan asal Uni Emirat Arab dan China dimasukkan dalam daftar hitam.

Menurut laporan Kemenkeu AS, perusahaan itu membantu Iran dalam pengadaan material sensitif bagi pengembangan rudal dari berbÂagai pemasok di luar negeri. SemenÂtara lima warga Iran bekerja “mengaÂdakan komponen rudal untuk Iran.â€
Menurut Adam J. Szubin, kepala urusan terorisme dan intelijen finanÂsial di Kemenkeu AS mengatakan, “program rudal balistik Iran meruÂpakan ancaman besar bagi keamanan regional dan global, dan akan tetap menjadi target sanksi internasional.â€
Menurut sumber Reuters, sanksi ini sempat tertunda dua pekan agar tidak membahayakan negosiasi pemÂbebasan lima tahanan AS di Iran. Rencananya, sanksi akan dijatuhkan pada 30 Desember lalu, namun saat itu Menteri Luar Negeri AS John Kerry tengah menegosiasikan pertukaran lima tahanan AS dengan sembilan warga Iran yang ditahan di Amerika.
Selain itu, pemberian sanksi ini hampir bersamaan dengan pencaiÂran aset Iran sebagai bagian dari keÂsepakatan dalam perundingan nuklir Iran dengan negara-negara adidaya. Selain itu, perusahaan-perusahaan non-Amerika kini diperbolehkan berÂbisnis di sektor energi Iran.
Pencabutan sejumlah sanksi inÂternasional terhadap Iran juga memÂbuat Israel meradang dan bersumpah akan mengawasi jika Iran melakukan pelanggaran kesepakatan program nuklirnya. Israel juga mengupayÂakan peningkatan bantuan pertahanan militer dari Amerika Serikat.Pencabutan sanksi terhadap Iran diÂlakukan menyusul pernyataan dari Badan Energi Atom Internasional pada Sabtu (16/1) bahwa Iran telah mematuhi kesepakatan pembatasan program nuklirnya. Kesepakatan ini dicapai pada Juli lalu antara Iran denÂgan enam negara besar dunia, salah satunya Amerika Serikat. PencabuÂtan sanksi terhadap Iran juga diikuti dengan pertukaran tahanan antara Iran dengan AS. Hal ini, menurut Presiden AS, Barack Obama, meruÂpakan “keberhasilan diploÂmasi.â€
Namun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengkritik pencabutan sanksi ini. “Kalau bukan karena upaya kita untuk menjadi ujung tombak sanksi dan menggagaÂlkan program nuklir Iran, Iran pasti sudah memiliki senjata nuklir sejak lama,†ujar Netanyahu, kemarin.
Israel berpendapat bahwa prosÂpek Iran meluncurkan senjata nukÂlir mungkin saja tak terlihat saat ini, tertutupi sejumlah konflik lainnya, seperti ancaman Hizbullah, kelomÂpok yang diduga kuat didukung Iran di Libanon.
Tetapi menajamnya konflik sekÂtarian di Timur Tengah mendorong Israel untuk meminta peningkatan bantuan pertahanan hingga US$5 miliar per tahun. Paket bantuan AS ke Israel saat ini bernilai US$3 miliar per tahun, dan akan berakhir tahun depan.
Netanyahu menyatakan perundÂingan terkait peningkatan bantuan kepada Israel itu kini memasuki taÂhap akhir. “Hal ini penting sebagai baÂgian dari kebijakan tetap antara kami dan sekutu kami, Amerika Serikat, dan juga penting untuk menangkis ancaman regional. Ancaman paling berbahaya tentu saja dari Iran,†ujar Netanyahu.
(Yuska Apitya/net)