Tome Pires, selain menyakÂsikan sendiri kejayaan itu, juga memperoleh informasi dari para syahbandar di Pelabuhan Sunda Kelapa. Kemampuan Sribaduga mengelola pelabuÂhan juga dipujikan. Selain SunÂda Kelapa, Pajajaran mengelola pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Karawang, dan Cimanuk. Akan halnya CireÂbon, menurut Tome Pires beÂrada dalam kekuasaan Demak.
Tak hanya mampu menÂgelola pelabuhan. Sribaduga Prabu Siliwangi juga disebut Pires sebagai raja yang mampu menjadikan Pajajaran, selain sebagai kerajaan yang menÂguasai gunung, juga menguasai lautan. Pires menyebut PajajaÂran sebagai ‘negeri ksatria dan pahlawan laut.’ Para pelaut PaÂjajaran melaut sampai ke MalÂadewa. Mereka membawa hasil ngejo, seperti : beras, lada, kain tenun (dari kapas), sayuran, daging dan tamarin.
Orang Portugis kala itu, meÂnyebut Pakuan (Bogor) sebagai dayo yang bersinar. Di dalam Pakuan itu terdapat istana yang dikelilingi 330 pilar sebesar tong anggur yang tingginya 4 pathom ( kira-kira 9 meter) dengan ukiran indah pada punÂcaknya. Pires mengidentifikasi karakter orang Sunda (PajajaÂran): menarik, ramah, tinggi kekar, dan jujur. Ia juga menyeÂbut Sribaduga dengan kalimat yang setara dengan ‘purbatisti purbajati,’ seperti ditulis di arÂtikel sebelumnya, yaitu, “The Kingdom of Sunda is justly govÂerned.†Memerintah dengan peraturan yang adil.
Akan halnya naskah PanÂcakaki Karuhun Kabeh, menyeÂbut Gemuh Pakuan, kota atau daerah yang makmur dan berÂjaya. Berjaya karena kearifan menjadi ciri utama kepribadian yang dibentuk oleh socio habiÂtus yang kuat memegang nilai-nilai keadaban. Basisnya adalah akhlak.