BOGOR, TODAY — Hasil panÂtauan Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Jawa Barat membuktikan maÂsih banyak pelanggaran dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA 2016 selama sepekan terakhir. Salah satu pelanggaran fatal yang diteÂmukan ORI menemukan adÂanya siswa peserta UN yang nekat membawa handphone ke dalam ruang ujian.
“Di salah satu SMA SwasÂta daerah Ciawi ditemukan banyak siswa menggunakan ponsel atau telepon genggam selama UN berlangsung,†kata salah satu tim Ombudsman PerÂwakilan Jawa Barat Noer Adhe Purnama, Senin (11/4/2016).
Noer menjelaskan, keÂtika UN berlangsung pihaknya memeriksa dengan bantuan tim pengawas ruangan yang pada akhirnya menemukan banyak bocoran soal. Dengan peneÂmuan tersebut, dia menelusuri asal boÂcoran kunci jawaban tersebut.
“Tim dibagi dua, satu mengalihkan panitia dan satu lagi melakukan blusuÂkan ke ruang ujian. Kami melakukan upaya itu sekitar 15 menit sebelum bubaran, †jelas Noer.
Dia melanjutkan, salah satu tim OmÂbudsman menemukan satu orang siswa menggunakan ponselnya. Saat itu juga, kata Noer, pihaknnya berkoordinasi dengan pengawas untuk menegur siswa tersebut dan langsung mengambil ponÂselnya.
Tak hanya itu, tim Ombudsman juga mendapati satu siswa yang mempunyai kunci jawaban. “Intinya ada siswa yg keÂtahuan pegang HP dan mempunyai kunÂci jawaban. Dua orang siswa melakukan berita acara pemeriksaan (BAP) yang diÂsaksikan oleh kepala sekolah, guru, dan intel kepolisian. Mereka diinterogasi hampir dua jam,†ungkap Noer.
Noer menyatakan, dari pemantauÂan tersebut juga didapati empat orang siswa mempunyai kunci jawaban yang disimpan di BlackBerry Messenger (BBM) dan media sosial. “Mereka juga di-BAP, indikasinya didapatkan dari salah satu sekolah di daerah MegaÂmendung,†ungkap Noer.
Sementara, Ombudsman Republik Indonesia Bali menemukan bocoran soal ujian tersebut dilakukan melalui Line.
Ketua Ombudsman Republik InÂdonesia Bali Umar Ibnu Al Khattab menuturkan semula pihaknya menyÂita telepon seluler milik peserta ujian. “Ternyata di situ kita temukan ada perÂcakapan yang berisi jawaban soal ujian nasional,†ujarnya, Senin(11/4/2016).
Setelah diselidiki ke salah seorang siswa di sekolah tersebut, diketahui bahwa pembocoran soal semacam itu dilakukan secara sistematis. “Sekarang sedang kita tunggu, kalau anak itu beÂrani bersaksi maka masalah ini kita bawa ke ranah kriminal,†katanya.
Umar curiga bocornya soal ujian itu terkait dengan keberadaan sebuah bimbingan belajar. Namun dia masih mengumpulkan bukti-buktinya sebeÂlum mengungkapkan ke publik.
“Secara umum kita lihat, pengaÂwasan ujian nasional memang masih leÂmah. Ada penemuan telepon genggam, pembiaran saat siswa mengobrol atau pengawas yang justru berada di luar keÂlas,†ujarnya.
Kasus kebocoran melalui Line itu sempat diungkap di media massa seÂhingga pada hari kedua ujian sudah tiÂdak ditemukan kasus serupa. Temuan hari kedua kebanyakan adalah keboÂcoran dengan cara yang konvensional, yakni dengan menggunakan kertas contekan. “Hal ini tidak kita temukan pada siswa yang ujiannya pakai komÂputer. Jadi memang dari segi integritas, pemakaian komputer sangat menekan pelanggaran,†katanya.
Soal isu jual beli kunci jawaban Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP), Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) membenarkan.
Sekjen Federasi Serikat Guru IndoÂnesia, Retno Listyarti mengungkapkan, pada hari pertama UN, Posko UN FSGI menerima total 19 laporan yang berasal dari Jakarta, Surabaya, Bogor, Tanjung Redeb (Berau), Kota Palu, Mamuju, Kota Medan, Lampung dan Peka lonÂgan. Dari 19 laporan tersebut, menurutÂnya 5 laporan berkaitan dengan masih maraknya jual beli kunci jawaban.
â€Fenomena ini terjadi karena nilai UN masih dijadikan penentu ke jenjang yang lebih tinggi oleh Kemen dik bud. Setiap anak dan orangtua masih me ngÂinginkan bisa diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit,†ujar Retno, di Jakarta, Senin (11/4/2016).
Lebih jauh Retno menyebutkan, jeÂnis laporan pengaduan UN di antaranya masalah teknis, perlengkapan/sarana dan prasarana. Masalah tersebut meliÂputi kekurangan komputer. Sehingga, menurut Retno, pihak sekolah harus pontang panting mencari pinjaman lapÂtop. â€Sekolah rata-rata harus meminjam laptop 20 hingga 60 buah,†ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Ketua SeriÂkat Guru Indonesia (SEGI) Jakarta, Heru Purnomo. Ia menyebutkan, kendala listrik padam dan server ngadat terjadi di beberapa tempat, seperti di Tanjung Redeb. Sehingga waktu UN harus diunÂdur. Peserta UN sesi pertama baru bisa mengikuti UN pada pukul 15.10-17.10, dan sesi kedua pukul 18.30-10.30. â€Ini menyebabkan siswa kecewa dan keleÂlahan karena harus menunggu,†ujar Heru Purnnomo.
Kendala pemadaman listrik, masih ujar Heru di alami oleh peserta UN SMA AL Azhar Palu. Untung saja, menurutÂnya, sekolah memiliki genset sehingga UNBK tetap bisa berlangsung. â€Di SMAN 10 Bogor, server bermasalah dan tiba-tiba keluar sistem. Peserta UN harÂus menunggu untuk perbaikan server,†ungkapnya.
Heru juga mengatakan, maraknya jual beli kunci jawaban masih ditemukan pada UN 2016 ini. Kalangan siswa memÂperolehnya dengan cara membeli secara patungan. Seperti dicontohkan terjadi di Cimahi, untuk memperoleh kunci jawaÂban setiap siswa dibebankan Rp 20.000, di Jakarta setiap siswa Rp 150.000 dan di Pare Pare sebesar Rp 300.000.
Menjawab hal itu, Kabalitbang KeÂmenterian Pendidikan dan Kebudayaan Totok Suprayitno mengakui, masih diteÂmukan pengaduan dan kendala di Posko UN Kemendikbud. Ter kait kunci jawaÂban yang beredar, menurutnya peserta UN tidak tertarik.
(Yuska Apitya Aji)