kakiannnPresiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri, kembali ke kam­pusnya yang pernah ditinggalkannya pada 1967, yaitu Univer­sitas Padjadjaran, Bandung, Rabu (25/5/2016). Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, itu menerima gelar kehormatan doktor honoris causa dari kampus tempat dia pernah menimba ilmu.

HADIR dalam acara pemberian gelar itu di antaranya Wakil Presiden Ju­suf Kalla, sejumlah menteri Kabinet Kerja, dan menteri Kabinet Gotong- Royong. Berdiri di atas panggung, Megawati bicara soal kenangannya saat memulai kuliah di Unpad.

Megawati mengatakan, sebena­rnya memilih kuliah di Fakultas Psikologi. Namun ayahnya, Presiden Sukarno, ingin dia masuk Fakultas Pertanian. “Tiga hari saya berdebat dengan ayah saya,” kata Megawati di Graha Sanusi Hardjadinata Un­pad, Jalan Dipati Ukur, Bandung.

Sukarno menginginkan dia ma­suk Fakultas Pertanian dengan alasan Indonesia membutuhkan orang yang serius memikirkan kedaulatan pangan. Apalagi kondisi rakyat Indone­sia saat itu sedang dalam kemiskinan

dan paceklik. “Akhirnya, saya mengi­kuti saran beliau, dan kuliahlah saya di kampus ini,” ucap Mega.

Kemudian Megawati menjelaskan keterpaksaannya tak merampungkan kuliah. Situasi politik pada 1965-1967, semasa dia kuliah, memaksanya me­ninggalkan bangku kuliah. Tapi Mega tak menerangkan secara detail alasan­nya meninggalkan kuliah. Dia terdiam lama, tak meneruskan kalimatnya.

Meski begitu, Mega mengaku ban­yak belajar di kampus itu, termasuk belajar politik. “Saya terharu sekaligus bangga. Keseluruhan kenangan saya pun kembali pada peristiwa pertama ketika saya dilantik sebagai mahasiswi di tempat ini,” ujarnya.

Mega lantas bercerita kenangannya semasa ikut masa prabakti mahasiswa (mapram) di kampus. Ia menyebut kawan seangkatannya yang hadir, di an­taranya Iwan Abdurahman, yang meru­pakan musikus, pencipta lagu, sekaligus pencinta alam yang namanya tersohor di Bandung. “Pak Iwan ini adalah saha­bat saya. Saya katakan ini bukan nostal­gia, tapi nostalgila,” kenangnya.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor Hari Ini, Selasa 7 Mei 2024

Mega mengisahkan masa-masa mudanya bersama Iwan. Kala itu se­lama masa orientasi mahasiswa, para peserta diharuskan memakai sepeda. Sedangkan Mega tidak begitu mahir bersepeda, sehingga harus ditemani. “Rumah saya itu kan di tempat tinggi. Pada waktu itu, saya harus pakai sepeda. Karena jalannya naik-turun, harus selalu ada teman laki-laki. Yang mendampingi saya ini Pak Iwan. Beliau sangat spesial saya sebut. Sayangnya, dia mau menemani saya karena saya sogok pakai makanan,” tutur Mega yang membuat hadirin tergelak.

Sementara itu, ketua tim promo­tor penganugerahan gelar doktor ho­noris causa Universitas Padjadjaran, Obsatar Sinaga, mengatakan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri memang layak mendapat gelar itu. Musababnya, kata dia, pencapaian Megawati dalam memajukan pemer­intahan serta kiprahnya di belantika politik dalam negeri dan luar negeri dinilai cukup mumpuni.

“Biasanya, keluarga seorang pe­mimpin itu di sini senang di sana senang, tapi Megawati yang anak presiden bisa menjadi presiden. Malah dia menentu­kan siapa yang akan menjadi presiden. Barangkali Megawati bukan presiden terbaik di dunia, tapi kami bisa pastikan Megawati adalah presiden perempuan terbaik di negeri ini,” ujar Obsatar di kampus Unpad, Bandung, kemarin.

Megawati berhasil menerima gelar doktor honoris causa di bidang ilmu politik dan pemerintahan dari Unpad berkat kiprahnya dalam mema­jukan konstelasi politik dan pemerin­tahan di Tanah Air. Pengukuhan gelar itu dilaksanakan di Graha Sanusi Hard­jadinata, Unpad, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Rabu, 25 Mei 2016.

BACA JUGA :  Tambah Imunitas Tubuh dengan 8 Makanan dan Minuman Ini

Ketua Umum Partai Demokrasi Indo­nesia Perjuangan itu memaparkan orasi ilmiah di depan hadapan ratusan tamu undangan, di antaranya jajaran menteri Kabinet Kerja pemerintah Presiden Joko Widodo, yang juga kader PDIP. Turut hadir dalam acara tersebut, menteri era Presiden Megawati periode 2001-2004.

Dalam orasinya, Megawati, antara lain, menuturkan pentingnya kesada­ran warga negara Indonesia untuk ti­dak melupakan percikan sejarah yang dicatatkan pendahulu kita, pendiri bangsa. “Bagi saya, sejarah adalah harta karun yang sangat berharga,” katanya. Penggalian kebenaran se­jarah bangsa ini, ucap dia, menjadi tanggung jawab dan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan rakyat.

Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla men­ganggap gelar doktor honoris causa itu sangat pantas dianugerahkan kepada Megawati, yang merupakan Presiden RI kelima dan Ketua Umum Partai De­mokrasi Indonesia Perjuangan itu.

“Penghargaan hari ini sangat-sangat pantas dianugerahkan kepada Mega­wati. Bangsa mengucapkan terima kasih kepada Ibu,” kata Kalla dalam pidato acara penganugerahan gelar tersebut di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipatiukur. “Bagi generasi muda dan kita semua yang hadir di sini, tentu ini menjadi pelajaran berharga. Ujian yang dilalui Ibu Mega patut kita pelajari dan berbuat lebih baik lagi untuk masa men­datang.” (Yuska Apitya Aji)

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================