Untitled-2 PEMERINTAH berencana merevitalisasi jalur kereta ganda lintas utara Jawa agar dapat dilintasi kereta berkecepatan sedang (medium speed). Bila sukses direnovasi, kereta Jakarta-Surabaya bisa melesat dengan kecepatan 150 kilometer (km) per jam dan waktu tempuh 5 jam.

Oleh : Yuska Apitya
[email protected]

Untuk mencapai target 5 jam, kereta tidak akan berhenti di setiap stasiun seperti kereta regular pada umumnya. Kereta dengan kecepatan kategori medium ini hanya akan berhenti di beberapa ko­ta-kota besar di bagian utara Jawa. Hal ini dilakukan agar efisiensi dan efektivitas waktu perjalanan dari Jakarta ke Surabaya atau sebaliknya dapat ditempuh hanya dalam waktu 5 jam. Apabila kereta berhenti di setiap stasiun, maka

waktu tempuh selama 5 jam tak bisa tercapai.

“Kan ada hitungan bisnis ada hitungan teknis kan, masa berhenti lagi. Jalan lagi berhenti lagi jalan lagi ya terus ngapain kan bikin 150 km/ jam. Mungkin paling dekat Cirebon terus Semarang, terus Bojonegoro atau mana terus baru Surabaya,” jelas Dirjen Perkeretaapian Kemente­rian Perhubungan (Kemenhub), Pra­setyo Boeditjahjono di Kemenhub, Jakarta Pusat, kemarin.

Bila kereta medium beroperasi, Prasetyo menyebut jadwal kereta reguler juga tetap berjalan normal untuk melayani penumpang jarak dekat. “Tapi yang kereta reguler mungkin masih ada ya dibutuhkan soalnya. Dia tetap berhenti di stasiun kecil itu,” tutur Prasetyo.

Wakil Presiden Jusuf Kalla ( JK) menyebut, pemerintah Indonesia menawarkan proposal kereta ken­cang medium rute lintas utara Jawa ke pemerintah Jepang. Kereta ini akan melesat 150 kilometer (km) per jam dan waktu tempuh Jakarta-Sura­baya hanya 5 jam.

Bila proposal diterima Jepang, proyek renovasi peningkatan ke­cepatan kereta sepanjang 750 km bisa dimulai di 2017. “Kita usahakan tahun depan,” kata JK di Istana Wa­pres, Jakarta, Jumat (27/5/2016).

BACA JUGA :  Menu Makan Malam dengan Sup Tofu dan Jamur Bekuah Gurih

Proses ini tentunya akan dilaku­kan ketika Jepang telah memberi lampu hijau. Jepang akan mendu­kung pembiayaan dan penyediaan teknologi. “Ya tergantung nanti per­setujuan,” sebutnya.

Sementara itu, Dirjen Perkere­taapian Kementerian Perhubungan, Prasetyo Boeditjahjono menyebut, proses selanjutnya bila proposal diterima Jepang ialah melakukan studi kelayakan (feasibility study/FS). Studi kelayakan akan berlangsung se­lama 6-7 bulan. “Dalam waktu dekat mungkin kalau memang diperlukan sudah ada yang kira-kira duitnya dari mana, pasti kita lakukan pra FS dan FS. Setelah FS, baru DED (Detail En­gineering Design),” ucap Prasetyo.

Selain persoalan dana, salah satu kendala yang dihadapi adalah ban­yaknya perlintasan kereta sebidang di sepanjang jalur kereta di utara Jawa. Banyaknya perlintasan kereta sebidang dikhawatirkan dapat men­gurangi efisiensi kereta dari Jakarta ke Surabaya yang ditargetkan dapat ditempuh selama 5 jam. Saat ini, waktu tempuh bisa di atas 12 jam. “Kereta api medium speed ini me­mang rencana kita sejak dulu. Mung­kin memang 150km/jam ini belum tercapai karena memang banyak hal, yang paling utama karena banyak perlintasan sebidang. Perlintasan se­bidang ini banyak banget loh,” jelas Prasetyo.

Rencananya perlintasan kereta sebidang akan ditutup dan dialihkan dengan membuat perlintasan bawah tanah (under pass) ataupun melewa­ti atas rel alias fly over. Kemenhub memperkirakan ada lebih dari 1.000 perlintasan kereta sebidang sepan­jang Jakarta sampai Surabaya. “Kalau nggak fly over ya under pass, pasti kalau sudah 150 km/jam nggak bo­leh dong ada perlintasan sebidang. Kita mau hitung bareng mungkin di atas 5.00 sampai 1.000 lebih ya apa­lagi termasuk yang liar itu bisa lebih ya. Artinya bahwa memang kendala di situ,” ujar Prasetyo.

BACA JUGA :  Menu Makan Malam dengan Tumis Tofu Ayam Cincang yang Gurih dan Lezat Dijamin Keluarga Ketagihan

Di lokasi berbeda, Presiden Joko Widodo ( Jokowi) melakukan perte­muan bilateral dengan PM Jepang Shinzo Abe di sela-sela kegiatan G7 Summit di Perfektur Mie, Jepang. Dalam pertemuan itu, Jokowi mem­bahas soal rencana pembangunan medium speed train atau kereta ken­cang dan konflik Laut China Selatan.

Jokowi mengatakan, dalam perte­muan tersebut PM Abe menyinggung soal pembangunan jalur kereta api Ja­karta-Surabaya. Jokowi mengatakan akan mempelajari lebih dalam ren­cana pembangunan proyek tersebut. “Itu disinggung oleh PM Shinzo Abe mengenai pembangunan jalur kereta api lintas utara. Tapi tadi saya sam­paikan akan kita kalkulasi terlebih dahulu, akan kita perdalam lagi kalkulasinya sehingga saya belum bisa menjawab soal itu,” kata Jokowi sesaat sebelum bertolak ke Jakarta di Bandara Internasional Chubu, Na­goya, Jepang, Jumat (27/5/2016).

Selain soal kereta Jakarta-Sura­baya, Jokowi dan Abe juga mem­bahas soal konflik di kawasan Laut China Selatan. Dalam hal ini Jokowi menegaskan agar penyelesaian kon­flik tersebut bisa segera dilakukan. “Karena yang namanya pertumbu­han ekonomi itu akan ada kalau sta­bilitas perdamaian, keamanan di se­buah kawasan itu ada. Sehingga tadi hampir semua negara menyinggung mengenai itu,” kata Jokowi. “Dan juga kita sampaikan bahwa Indone­sia selalu mengikuti dan memperha­tikan itu. Karena keamanan perda­maian dan juga stabilitas di kawasan kita sangat kita perlukan untuk per­tumbuhan ekonomi Indonesia,” tam­bah Jokowi.(*)

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================