Penelitian terbaru yang diterbitkan online dalam jurnal PeerJ, menemukan bahwa macan tutul secara historis tersebar dalam rentang 35 juta sq.km di seluruh Af­rika, Timur Tengah dan Asia. Namun, saat ini rentang habitat mereka justru terbatas menjadi hanya 8,5 juta sq.km.

Penulis utama makalah, Dr Andrew Ja­cobson, dari ZSL Institut Zoologi, Universitas College London dan National Geographic Society Big Cats Initiative, bersama rekan-rekannya menganalisis 6.000 catatan lebih dari 1.300 sumber sejarah persebaran ma­can tutul dan persebaran saat ini.

Hasil ini menguatkan kecurigaan para konservasionis bahwa walaupun seluruh spesies belum masuk sebagai satwa teran­cam seperti beberapa kucing besar lainnya, macan tutul menghadapi banyak ancaman di alam liar, dan tiga subspesies sudah ham­pir sepenuhnya punah.

“Macan tutul adalah hewan yang ter­kenal sulit untuk dipahami, inilah kemung­kinan alasan penurunannya begitu lama diakui global,” kata Dr. Jacobson, kemarin.

“Studi ini merupakan yang pertama dari jenisnya untuk menilai status macan tutul di seluruh dunia dan semua sembilan sub­spesiesnya. Hasil kami menantang asumsi konvensional di banyak daerah yang me­nyatakan bahwa macan tutul relatif melim­pah dan tidak terancam,” tambahnya.

BACA JUGA :  Taktik Jitu dan Profesionalisme Ala Shin Tae-yong

Penelitian ini menemukan bahwa se­mentara macan tutul Afrika menghadapi ancaman yang cukup besar, terutama di Af­rika Utara dan Barat, macan tutul juga ham­pir sepenuhnya menghilang dari beberapa daerah di Asia, termasuk di antaranya di Se­menanjung Arab, bekas kawasan Cina dan Asia Tenggara.

Pemandangan Indah

Gunung Gede Pangrango memiliki daya pikat luar biasa, terutama menjadi peman­dangan indah dan megah khususnya bagi warga Jawa Barat. Banyak yang ingin me­nikmati keindahan itu tak hanya dari jauh, namun dengan ‘menjamahnya’ langsung.

Peraturan pembatasan kuota 600 pen­daki per hari pun telah diterapkan agar me­minimalkan kerusakan yang ditimbulkan. Baik oleh mereka yang mendaki karena hobi maupun karena kepentingan penelitian.

Semilir angin khas pegunungan me­nyambut kedatangan pengunjung maupun calon pendaki begitu tiba di kaki gunung. Pendaki terlebih dahulu melakukan regis­trasi dan pembayaran di area Taman Na­sional Gede Pangrango sekitar Rp 30 ribu sebelum melakukan pendakian.

BACA JUGA :  Menu Sarapan dengan Omelet Keju yang Praktis dan Lezat

Tak hanya itu, barang bawaan mereka juga akan dicatat. Terutama yang nantinya akan menjadi sampah, seperti botol minum plastik atau bungkus makanan. Sanksi edu­katif akan diterapkan jika nekat meninggal­kan sampah di tubuh gunung yang terletak di Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi itu.

Tak hanya soal kebersihan, jangan ru­sak juga Gunung Gede Pangrango dengan menggembosi keanekaragaman hayati di dalamnya. Petugas Taman Nasional Gede Pangrango mengeluhkan masih banyaknya warga yang kerap menangkap burung-bu­rung yang hidup bebas di kawasan pegu­nungan ini.

“Jadi mereka (pencuri burung) mema­sang pancing dan menggunakan burung pemancing. Masih banyak itu terutama di daerah Sukabumi,” kata Kepala Seksi Peren­canaan Perlindungan dan Pengawetan (P3) TN Gunung Gede Pangrango Aden Mahyar, saat ditemui di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (27/5/2016). (*)

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================