jokowinetahyu JAKARTA TODAY– Pemerin­tah Republik Indonesia (RI) menjadi negara Asia pertama yang mengonfirmasi kehadiran dalam Konferensi Perdamaian mengenai perdamaian Israel dan Palestina di Paris, Peran­cis, pada paruh kedua tahun ini.

“Dari Asia yang baru kon­firmasi itu Indonesia. Negara-negara yang diundang itu yang memiliki pengalaman banyak dan berperan besar dalam mengupayakan perdamaian antara Israel dan Palestina,” ujar juru bicar Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/6/2016).

Arrmanatha kemudian menjabarkan bahwa Indone­sia sudah melakukan berbagai upaya untuk perdamaian an­tara Israel dan Palestina, ter­masuk dengan melangsungkan Konferensi Organisasi Kerja Sama Islam pada Maret lalu.

Selain memberikan ban­tuan dana dan pembangunan, Indonesia juga menindaklan­juti hasil KTT OKI itu dengan mendirikan Konsul Jenderal Republik Indonesia di Ramal­lah.

Indonesia juga aktif menyu­arakan kemerdekaan penuh bagi Palestina dalam forum-forum internasional lainnya, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Selain Indonesia, ada 18-20 negara lain yang sudah men­gonfirmasi kehadiran, mulai dari kawasan Timur Tengah hingga Eropa. Di antaranya adalah Spanyol yang berper­an dalam perdamaian Israel-Palestina melalui Konferensi 1991. Ada pula Norwegia yang pernah berperan dalam Kesepakatan Oslo.

Untuk mempersiapkan kon­ferensi tersebut, Perancis meng­gagas pertemuan para menteri negara peserta yang diadakan pada Jumat (3/5) mendatang. Perancis menginisiasi perte­muan ini pasca berakhirnya proses perundingan damai an­tara Palestina dan Israel pada 2014 lalu. Proses yang ditengahi oleh kuartet Dewan Keamanan PBB ini berakhir tanpa hasil be­rarti.

Dalam konferensi kali ini, Perancis menggalang masyara­kat untuk bersatu membantu perdamaian Israel dan Pales­tina dengan solusi yang terbaik bagi kedua belah pihak. “Kon­ferensi ini tujuannya mencari jalan untuk memulai proses perdamaian kembali, di anta­ranya mungkin mencari paket kesepakatan yang bisa mendo­rong perdamaian Palestina dan Israel,” tutur Arrmanatha.

Dalam persiapan pada Ju­mat ini, Indonesia akan me­nyampaikan pandangan-pan­dangan segar sebagai negara yang jauh dari pusat konflik Palestina dan Israel. “Kami bisa menyampaikan pengalaman terkait upaya proses perda­maian. Kami akan share dalam pertemuan ini seperti di Kam­boja dan MNLF di Filipina dulu selain membahas time frame, TOR, dan segala persiapan un­tuk konferensi nanti,” tandas­nya. (Yuska Apitya/net)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================