BOGOR, TODAY – Memutuskan hijrah ke Bogor di tahun 1999 untuk mendirikan usÂaha rotan telah menjadi jalan pilihan MuhÂdi beserta keluarga. Keahliannya dalam membuat kerajinan rotan membuat Muhdi tetap fokus untuk merintis usaha ini.
“Keahlian membuat kerajinan rotan itu sudah turun temurun dimiliki keÂluarga. Jadi tidak hanya saya yang mahir, saudara – saudara dan juga kerabat di CireÂbon hampir semuanya memiliki keahlian ini,†papar Muhdi, pengusaha dan pengraÂjin Istana Rotan, Minggu (5/6/2016).
Istana Rotan yang dikelola oleh MuhÂdi berlokasi di Jalan Soleh Iskandar (seÂberang SPBU Bukit Cimanggu), Bogor. Perihal modal yang dikeluarkan, Muhdi memaparkan, modal yang dikeluarkanÂnya sejumlah Rp 5 juta. “Awalnya saya jadi pedagang kaki lima, menjajalkan kerajiÂnan saya hanya dipinggir jalan. Namun di tahun 2010, saya meÂmutuskan untuk punya tempat pribadi,†terangnya.
Istana Rotan buka mulai pukul 08.00 WIB hingga 21.00 WIB. Muhdi menjual beÂberapa kerajinan rotan seperti, kursi tamu, rak meja, keranjang bayi, sekat ruangan, kursi teras, kursi boncengan untuk motor dan sepeda hingga tudung saji.
“Untuk pengerjaan tergantung banÂyaknya orang yang membantu. Sebetulnya bisa saja dikerjakan sendiri, tapi membuÂtuhkan waktu yang lama. Idealnya pengerÂjaan 1 kursi saja dibantu 2 hingga 3 tenaga kerja,†terangnya.
Harga yang ditawarkan Istana Rotan dimulai pada kisaran Rp 50 ribu hingga Rp 2,5 juta. Keranjang bayi dihargai Rp 250 ribu sudah termasuk full set berserta kaÂsurnya. Harga rak senilai Rp 200 ribu, dan boncengan sepeda Rp 50 ribu.
“Yang membedakan kualitas rotan tenÂtunya jenis rotannya sendiri. Untuk rotan yang dijual di sini daya tahannya cukup lama. Bisa hingga puluhan tahun, ada juga yang bisa 3 tahun. Tapi biasanya bukan rusak karena rotannya, melainkan paku-paku atau tali yang copot,†jelasnya.
Persaingan dan usaha bisnis yang dijalani tentunya menÂgalami fluktuatif pemasukan. Oleh karena itu, selain menÂjual berbagai rotan, di tempat ini Muhdi juga menerima jasa service rotan.
“Untuk omzet perbulanÂnya memang pasang surut. Tapi jika dinominalkan, dalam perbulannya bisa mencapai Rp 2 juta hingga Rp 5 juta,†ungkapnya. (Winda Herviana)
Bagi Halaman