Disini kebutuhan dapat dilihat sebagai kekurangan (deÂfisiensi) yang dialami individu pada waktu tertentu. KekuranÂgan-kekurangan merupakan peÂmicu timbulnya keinginan dan perilaku untuk meresponnya. Sebenarnya kalau ditelusuri lebih dalam, motivasi bukan saja kareÂna adanya kebutuhan, melainÂkan lebih karena adanya harapan akan dapat dipenuhinya kebutuÂhan itu.
Kepemimpinan merupakan faktor utama sebagai penentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, berÂhasil atau tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi terganÂtung dari bagaimana kepemimpiÂnan itu dapat diimplementasikan dengan baik di lingkungan organÂisasinya.
Berbagai teori menjelaskan mengenai konsep kepemimpiÂnan, namun demikian yang menjadi objek dalam kepemimpinan itu sendÂiri yaitu figur seorang pemimpin. Pemimpin adalah orang yang berada pada baris terdepan dalam memperjuangkan dan melaksanakan perubahan dalam organisasi yang dipimpinnya menuju ke arah yang lebih baik. Seorang pemimpin yang mempuÂnyai fungsi utama sebagai pengÂgagas perkembangan dan pemÂbelajaran juga harus memiliki kemampuan untuk berpikir global dan bertindak lokal yaitu mampu membuahkan peÂmikiran yang besar dengan memulai langkah-langkah kecil untuk mencapainya.
Kepemimpinan Kapolri hendaknya adalah KepemimpiÂnan Visioner yaitu seorang peÂmimpin yang harus bisa menjadi penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih. Oleh karena itu seorang pemimpin viÂsioner harus: 1) menyusun arah dan secara personal sepakat unÂtuk menyebarkan kepemimpinan visioner ke seluruh organisasi. 2) memberdayakan para karyawan dalam bertindak untuk mendenÂgar dan mengawasi umpan balik. 3) selalu memfokuskan perhatian dalam membentuk organisasi mencapai potensi terbesarnya.
Pada masa sekarang yang kompleks dan ketidak pastian terus meningkat, maka siapapun yang nantinya akan menjadi KaÂpolri akan jauh lebih sulit dan maÂsalah yang dihadapi lebih banyak dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Dengan berbagai permasalahan tersebut, Kapolri harus mampu menjadi inspiratif mengubah dan memperbaharui organisasi serta membangkitkan semangat dan memberikan motiÂvasi kepada anggota. Agar organÂisasi dapat berkembang, diperÂlukan kepemimpinan yang kuat, yaitu pemimpin yang ulet dan percaya pada kemampuannya, berani mengambil risiko, lugas dan bersemangat serta mampu memberikan inspirasi dan doÂrongan.
Seorang pemimpin harus mempunyai sikap, sikap yang dibutuhkan agar dalam proses sebagai pemimpin, ia bisa menÂempatkan diri dan mengerti bagaimana seorang pemimpin harus bertindak. Setelah memÂpunyai kuasa, seorang pemimpin harus tegas memimpin organÂisasinya. Ketegasan adalah salah satu bentuk tanggungjawab seorang pemimpin. Tanpa tangÂgungjawab, seorang pemimpin tidak akan bisa mengendalikan organisasinya.
Robert C. Miljus meyebutkan tanggungjawab pemimpin adalah sebagai berikut: Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis. Melengkapi para bawaÂhan dengan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. Mengkomunikasikan kepada bawahan tentang apa yang diharapkan dari mereka. Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi. Mendelegasikan weÂwenang apabila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila memungkinkan. Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif. MeniÂlai pelaksanaan pekerjaan dan mengkomunikasikan hasilnya.
Menunjukkan perhatian keÂpada para bawahan. Oleh karena itu, siapapun yang nantinya menÂjadi Kapolri pengganti Jenderal Polisi Badroddin Haiti diharapkan dapat memenuhi kriteria terseÂbut diatas mengingat di lingkunÂgan organisasi Polri yang akan dipimpinnya terdapat harapan yang diinginkan setiap anggota yang menjadi bawahan terhadap pimpinannya yaitu mampu bersiÂkap maupun berinteraksi dengan mendasari butir-butir etika kepeÂmimpinan sebagai perwujudan dari paradigma baru Polri yang dapat memotivasi dan menjadi suri tauladan bagi anggotanya untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi Polri dan dicinÂtai masyarakat. (*)