Selain itu, lanjut Bambang, ke­bijakan Bank Sentral Amerika itu juga mempengaruhi penguatan do­lar yang akan menambah tekanan kepada portofolio pembiayaan baik di sektor swasta maupun publik di negara berkembang

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp13.500- Rp13.800 di sepanjang tahun ini. Di antara rentang angka tersebut, BI memproyeksikan, nilai tukar rupiah berada pada level Rp13.700. “Na­mun, ini semua juga masih bergan­tung dari bagaimana optimisme suku bunga The Fed (Federal Reserve) akan naik atau tidak,” ujar Guber­nur BI Agus Martowardojo, Senin (6/6/2016).

BACA JUGA :  Resep Membuat Semur Daging Betawi yang Enak Anti Gagal

Menurut dia, data ketenagak­erjaan AS yang buruk telah mem­pengaruhi perkiraan banyak pihak mengenai pertumbuhan ekonomi AS. Karena tidak sesuai ekspektasi, ia nilai, maka nilai tukar rupiah dan mata uang negara-negara lain men­guat. “Jadi, kami melihat kondisi mata uang rupiah masih bergantung dari perkembangan dunia khususnya AS,” katanya.

Agus menuturkan, suku bunga The Fed tidak akan dinaikkan apabi­la perekonomian AS memburuk. Jika hal itu terjadi, secara otomatis nilai tukar rupiah akan menguat

BACA JUGA :  Resep Membuat Mango Sago di Rumah Dijamin Anti Gagal

Namun demikian, Indonesia tidak hanya bergantung pada AS, tetapi juga negara-negara lainnya, seperti China. Hal ini dikarenakan transaksi berjalan Indonesia sendiri defisit mencapai US$20 miliar. “Jadi ketergantungan Indonesia pada sumber-sumber pembiayaan ekster­nal cukup tinggi dan kondisi di luar berpengaruh pada kondisi nasional,” tandasnya.(*)

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================