Menurut Toap, sebagian besar daging tersebut dijual ke luar Jambi, diantaranya Jabodetabek, Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Yang paling banyak saya kirim ke Sumatera Utara. SebaÂgian ke Pulau Jawa dan Bali,†ujarnya.
Menyikapi temuan ini, Plt KeÂpala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Bahdar Johan HaÂmid mengatakan, sebenarnya daging sapi bisa dibedakan dengan daging babi atau daging celeng. Daging sapi berwarna merah terang. Daging babi berwarna merah agak gelap. SedanÂgkan daging celeng berwarna cokelat agak gelap. “Tekstur daging sapi sanÂgat halus. Berbeda dengan teksturdagÂing babi dan daging celeng yang tekÂsturnya kasar,†kata dia, dalam jumpa pers, kemarin.
Daging celeng juga bisa dibedaÂkan dari daging sapi maupun daging babi. Menurutnya, otot pada dagÂing celeng sangat menonjol. Sedangkan otot pada daging sapi dan daging babi lebih halus. “Daging celeng dan daging babi baunya apek. Sedangkan daging sapi baunya tidak terlalu tajam,†tambahnya.
Dikonfirmasi soal peredaran dagÂing oplosan sapi dan babi, Kabid Perdagangan pada Disperindag Kota Bogor, Mangahit Sinaga, mengatakan, pihaknya masih menelusuri. “SemenÂtara belum kami temukan. Akan kami pastikan bersama BPOM,†kata dia, kemarin.
Kadinkes Kota Bogor, dr Rubaeah, menegaskan, pengoplosan daging sapi dan daging babi memang santer terÂjadi saat ramadan. “Kami akan koorÂdinasikan dengan disperindag untuk memastikan. Pekan ini kami memang jadwalkan operasi pasar. Termasuk ke mal dan swalayan,†kata dia.
Peredaran daging tak sehat mulai dari daging oplosan hingga gelongÂgogan memang acap terjadi memaÂsuki pekan akhir rmadan. Tingginya permintaan ditambah minimnya stok membuat pedagang bertindak curang dalam menumpuk pundi keuntungan. “Ini situasional pasar menjelang perayÂaan hari besar. Sudah saatnya pemkot turun, mengecek kebenarannya. Jika dibiarkan terus-menerus tentu yang dirugikan masyarakat. Konsumen kan taunya hanya beli dan membeli,†kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (KaÂdin) Kota Bogor, Erik Irawan Suganda, kemarin.
Terpisah, Ketua DPRD Kota Bogor, Untung Wahyudi Maryono, meminta agar seluruh dinas terkait segera melakukan operasi. “Koordinasikan juga dengan kepolisian. Jangan sampai Bogor juga ada pengoplos. Saya curiga memang banyak pemain daging di BoÂgor. Lihat saja sekarang, harga berapa di pasar. Kalau turun dadakan tanpa ada dasar, ya berarti itu pedagang waÂjib dikroscek apakah dagingnya wajar atau tidak,†tandasnya.(*)