Direktur TSI, Tony Sumam­pau mengatakan, area TSI me­miliki kondisi alam yang masih terjaga sehingga sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan ting­gal serta pakan setelah hewan dilepasliarkan. TSI juga mempu­nyai SDM yang memadai untuk menunjang keamanan satwa tersebut. “Saat ini keberadaan bu­rung jalak putih di alam liar sudah punah, yang ada sekarang hanya burung dari penangkararan yang kami lepaskan,” kata dia.

Sebelum pelepasliaran, TSI telah melakukan sosialisasi ke­pada masyarakat di lima desa dari dua kecamatan serta institusi pen­didikan di sekitar TSI. Tony meli­hat, peran masyarakat sekitar san­gatlah penting terutama setelah Jalak Putih dilepasliarkan. “Sosial­isasi ke institusi pendidikan untuk mengenalkan Jalak Putih sekaligus membangun awareness serta menanamkan rasa cinta terhadap satwa serta alam sejak usia dini,” kata dia.

BACA JUGA :  Timnas Indonesia Masih Berpeluang ke Olimpiade 2024 Paris

Menteri LHK juga menyerah­kan Orangutan dan Burung Paruh Bengkok ke lembaga konservasi, serta harimau sumatera Giring. Orangutan yang diserahkan meru­pakan hasil repatriasi dari Thailand yang tidak dapat dilepasliarkan karena sudah terlalu dewasa dan telah sering berinteraksi dengan manusia. “Setelah beberapa tahun mendapat perawatan di Thailand akhirnya bisa kembali ke Indone­sia, kami bersyukur,” kata dia.

BACA JUGA :  Selalu Ingin BAB Setelah Minum Kopi? Ini Dia Penyebabnya

Burung paruh bengkok yang diberikan kepada TSI merupakan hasil penyerahan masyarakat tidak dapat dilepasliarkan karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. (Yuska Apitya Aji)

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================