Direktur TSI, Tony SumamÂpau mengatakan, area TSI meÂmiliki kondisi alam yang masih terjaga sehingga sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan tingÂgal serta pakan setelah hewan dilepasliarkan. TSI juga mempuÂnyai SDM yang memadai untuk menunjang keamanan satwa tersebut. “Saat ini keberadaan buÂrung jalak putih di alam liar sudah punah, yang ada sekarang hanya burung dari penangkararan yang kami lepaskan,†kata dia.
Sebelum pelepasliaran, TSI telah melakukan sosialisasi keÂpada masyarakat di lima desa dari dua kecamatan serta institusi penÂdidikan di sekitar TSI. Tony meliÂhat, peran masyarakat sekitar sanÂgatlah penting terutama setelah Jalak Putih dilepasliarkan. “SosialÂisasi ke institusi pendidikan untuk mengenalkan Jalak Putih sekaligus membangun awareness serta menanamkan rasa cinta terhadap satwa serta alam sejak usia dini,†kata dia.
Menteri LHK juga menyerahÂkan Orangutan dan Burung Paruh Bengkok ke lembaga konservasi, serta harimau sumatera Giring. Orangutan yang diserahkan meruÂpakan hasil repatriasi dari Thailand yang tidak dapat dilepasliarkan karena sudah terlalu dewasa dan telah sering berinteraksi dengan manusia. “Setelah beberapa tahun mendapat perawatan di Thailand akhirnya bisa kembali ke IndoneÂsia, kami bersyukur,†kata dia.
Burung paruh bengkok yang diberikan kepada TSI merupakan hasil penyerahan masyarakat tidak dapat dilepasliarkan karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. (Yuska Apitya Aji)