“Saat awal-awal terasa sangat berat, saya pernah mengalami hanya ada 2 pesanan dalam sebulannya. Sempat juga saya berjualan di depan sekolah salah satu SMA Bogor dengan hanya membawa pulang uang Rp 40 ribu saja,” terangya.

Setelah bertahun-tahun menjalani us­aha clay, titik terang pun perlahan meng­hampiri Bani. Berawal dengan pemasa­ran menggunakan twitter, kini dengan maraknya social media seperti instagram membuat usahanya kini banjir pesanan.

“Dengan adanya instagram pemasa­ran menjadi lebih mudah. Orang semakin banyak yang tahu. Yang memesan tidak hanya dari pulau Jawa, pernah juga hing­ga merambah Papua. Menjadi pengala­man tersendiri juga bisa berkomunikasi dengan artis, yakni dengan mengendorse karya saya dan dipublikasikan oleh artis tersebut,” terangnya ramah.

Dengan titik pencapaiannya saat ini membuat Bani dapat bernapas lega. Sen­timen negatif yang sempat diterima dari keluarganya pun kini dapat dipatahkan dengan hasil yang telah diraihnya.

Whateverclay dalam perbu­lannya dapat meraih omzet ko­tor hingga Rp 6 juta. Proses pengerjaan clay ini dilakukan oleh Bani seorang diri. Proses pengerjaan satu clay setidaknya membu­tuhkan minimal 2 hari untuk pencetakan, pengeringan clay, penghalusan, pewar­naan, vernis hingga pengemasan dan pengiriman.

Selain kalung dan gantungan kunci, kini Bani juga memproduksi gelasng, ant­ing, hingga tempelan kulkas. Karya dan pemesanan Whateverclay dapat dilihat melalui instagram pribadinya di @banioct.

Kisaran harga pun terbilang ekono­mis. Untuk harga gelang dipatok antara Rp 10 ribu – Rp 45 ribu, kalung Rp 25 ribu – Rp 50 ribu, anting berkisar Rp 20 ribu, magnet dan pin seharga Rp 12 ribu – 20 ribu. “Yang mem­bedakan hany­alah desain, warna, dan t i n g k a t k e s u l i ­t a n n y a . Konsumen bisa re­quest sesuai keinginan,” ucapnya.

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================