KEGIATAN Pesantren Kilat (sanlat) Ramadhan diyakini dapat membantu pemuda dalam mengembangkan bakat dan mengasah potensi diri. Sanlat dapat dijadikan momentum untuk memperbaiki diri. Tak heran mengapa sanlat sudah menjadi tradisi wajib yang dilakukan semua sekolah ketika datang bulan ramadhan.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Sama halnya dengan Yayasan At-Tawassuth menyelenggarakan Pesantren Kilat RamaÂdhan Kepemimpinan Pemuda se-JabodeÂtabek yang mengusung tema ‘Penanaman Spirit Nasionalisme: Antisipai Faham Radikal di Kalangan Pemuda’, dan berkolanorasi dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI.
Kegiatan sanlat dilaksanakan pada Jumat- Sabtu, 10-11 Juni 2016, bertempat di wisma Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PPPON) Kemenpora RI, Cibubur, yang diikuti 250 peserta dari berbagai perguruan tinggi terÂkemuka, sekolah, pesantren, organisasi kepemuÂdaan, dan panti sosial di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Ketua Yayasan At-Tawassuth, Bogor, Ahmad Fahir mengatakan, dewasa ini kecintaan terhaÂdap Tanah Air alias rasa nasionalis sudah mulai memudar seiring dengan banyaknya faham-faÂham radikal yang masuk. Faham ini menjadikan pemuda sebagai sasaran. penyebaran virus radiÂkal, antara lain dilakukan dengan memanfaatkan media sosial, yang notabene amat digandrungi pemuda.
“Pemuda perlu hati-hati dalam menggunakan sosmed, karena banyak menularkan virus faham yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangÂsa Indonesia. Diantaranya adalah faham radikal, seperti yang dilakukan oleh ISIS dan para pengiÂkutnya,†kata Fahir.
Yayasan At-Tawassuth sendiri, sambung dia, sejak 2012 rutin menyelenggarakan sanlat RamaÂdhan. Sanlat kali ini mengangkat isu radikalisasi di kalangan pemuda. Pesantren kilat ini dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam NahÂrawi, yang menyampaikan pengarahan umum mengenai penanaman spirit nasionalisme pemuÂda.
Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam NahÂrawi juga menyampaikan generasi muda jangan terpengaruh oleh faham-faham radikal yang datang datang dari luar. Pemuda Indonesia harus bisa mempertahankan jati diri bangsa.
“Kita harus mensyukuri terlahir di Indonesia. Jangan membiarkan siapapun merongrong keÂdaulatan NKRI,†kata Imam Nahrawi.
Sementara itu, pakar Intelijen yang menjadi pembicara Dr. KH. As’ad Said Ali mengatakan, dalam konteks Indonesia ukuran radikal adalah Pancasila. “Melawan Pancasila merupakan tindaÂkan radikal, karena Pancasila merupakan dasar Negara dan cita-cita luhur bangsa Indonesia,†kata As’ad Said Ali..