Bila dilihat dari kacamata ekonomi, hilangnya waktu di jalan membuat kes­empatan meraih peluang pertumbuhan ekonomi ekonomi yang lebih tinggi ikut hilang. Bandingkan saja, bila di China 1% pertumbuhan urbanisasi bisa berkontri­busi pada peningkatan PDB hingga 10% karena urbanisasinya bisa dikelola den­gan baik.

Di Indonesia, karena urbanisasinya belum dikelola dengan baik, kontribus­inya terhadap pertumbuhan PDB hanya sebesar 4%. “Indonesia hanya menik­mati sebagian kecil dari potensi manfaat kota yang seharusnya menjadi pusat ino­vasi perubahan dan pertumbuhan yang tinggi,” kata Rodrigo Chaves.

Namun demikian, bukan berarti Ja­karta khususnya dan Indonesia pada um­umnya tidak bisa keluar dari permasala­han akibat urbanisasi tersebut.

Agar Indonesia bisa keluar dari ma­salah tersebut, pemerataan pembangu­nan menjadi salah satu kuncinya. Ada banyak kota besar di Indonesia yang baik untuk ditinggali dan memberikan peluang untuk ekonomi yang lebih besar. “Investasi pembangunan infrastruktur belum mengimbangi laju urbanisasi, yang mengakibatkan kemacetan, polusi dan risiko bencana seperti banjir. Ini yang ha­rus diatasi,” pungkas dia.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, Kamis 25 April

Sementara kerugian atas macet di Kota Bogor diestimasi Rp150 miliar per bu­lan. “Kira-kira Rp5 miliar per hari. Ini ter­jadi di jalur sentra ekonomi, seperti Tajur dan Jalan Sholeh Iskandar,” kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Bogor, Erik Suganda, Selasa (14/6/2016).

Sementara, estimasi kerugian ke­macetan di Sukabumi, tembus Rp246 miliar. Data Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Sukabumi memperlihatkan tingkat kemacetan arus lalu-lintas harian rata-rata (LHR) mencapai 20 ribu sampai 40 ribu satuan mobil penumpang (SMP).Kerugian yang ditimbulkan akibat kemac­etan per hari bisa mencapai Rp 675 juta dari kerugian bahan bakar.

BACA JUGA :  Ketua PWI Kabupaten Bogor Menyeru Siswa SMPN 1 Bojonggede: Bijak dalam Bermedsos

Estimasi itu muncul dari jarak tempuh Sukabumi-Bogor. Padahal, jarak tempuh antara Sukabumi-Bogor sepanjang 49 km normalnya satu jam. Jadi kalau mau ke Bogor pengendara terbuang waktu tiga jam dan bisa menghabiskan bahan bakar sekitar 5 liter. Jadi kalau setiap kendaraan misalkan yang lewat tiap harinya 30 ribu kendaraan bisa mencapi Rp 675 juta. Ka­lau setahun bisa mencapai kerugian Rp 246 miliar. (Yuska Apitya Aji)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================