Tiga mahasiswa IPB melahirkan aplikasi antipornografi yang bisa melengkapi upaya pemblokiran oleh pemerintah. Mereka mengalami perang batin selama proses pembuatan. Seperti apa aplikasi ini?
APLIKASI autosensor anÂtipornografi yang dikemÂbangkan oleh tiga mahaÂsiswa Departemen Ilmu Komputer Institut PerÂtanian Bogor (IPB) cocok digunakan untuk pengguna warung internet (warnet). Tiga mahasiswa IPB, yaitu Ketua Tim Ilham SatyÂabudi, Gusti Bima Marlawanto, dan Yuandri Trisaputra berhasil mengemÂbangkan aplikasi Autocencor Antiporn. Mereka mahasiswa seÂmester delapan.
Dengan digunakan pemilik warnet, hal itu ikut membantu mengoptimalkan upaya pemerÂintah dalam mengawasi pengguÂnaan internet yang mengandung unsur pornografi di kalangan remaja dan anak-anak. “AplikaÂsi ini sebaiknya digunakan di warnet-warnet, ini akan memuÂdahkan pengawasan, mencegah konten-konten pornografi dijanÂgkau oleh masyarakat, khususÂnya anak remaja,†kata Yuandri Trisaputra, salah satu anggota tim penemu aplikasi autonsensor antipornografi, kemarin.

Yuandri menambahkan, jika pemerintah mendorong pengÂgunaan aplikasi tersebut untuk warnet, pengawasan dapat diÂlakukan secara manual dengan memastikan pengelola telah menggunakan aplikasi tersebut. “Pengawasan otomatis jarak jauh memungkinkan dapat dilakukan, tetapi perlu aplikasi baru atau mengembangkan aplikasi yang sudah ada dengan menambah cakupannya untuk pengawasan jarak jauh,†katanya.
Yuandri menjelaskan, cara kerja aplikasi antipornografi tersebut dengan melakukan senÂsor terhadap konten-konten porÂno, baik berupa tulisan maupun gambar (citra) yang ada di mesin pencari internet, seperti Google Chrome, Mozilla Fairfox, dan OpÂera. “Aplikasi ini harus diunduh terlebih dahulu. Caranya gamÂpang, tinggal cari di situs ayosenÂsor.in, unduh, dan bisa langsung digunakan,†katanya.
Menurut Yuandri, komputer yang sudah terpasang aplikasi akan ada penanda sensor pada sisi kanan laman mesin pencari. Penanda sensor berupa logo IPA berwarna hijau hitam. Jika sudah terpasang, aplikasi akan bekerja secara otomatis. Bila terdapat teks atau gambar yang terindikasi porÂnografi akan tersensor otomatis.
“Untuk teks, tulisan yang muncul berupa bintang-bintang, sedangkan pada gambar akan diganti otomatis dengan gambar kartun anak-anak,†ucapnya.
Saat ini, ketiga mahasiswa tersebut baru memasukkan korÂpus 199 kata, baik dalam bahasa Indonesia, Jawa, bahasa gaul, dan bahasa Inggris yang terindikasi mengandung unsur pornografi. Aplikasi tersebut masih memerÂlukan penyempurnaan dengan menambah korpus kata-kata agar upaya penyensoran dapat mencaÂpai 100 persen.