Menurut Yuandri, sejak diÂpublikasikan tiga bulan lalu, apÂlikasi tersebut telah diunduh oleh sejumlah pengguna yang sebaÂgian besar adalah mahasiswa. Statistik menunjukkan, pengguna aplikasi untuk Google Chrome sebanyak 140 aktif, yang menginÂstal sebanyak 700 pengguna. SeÂdangkan, Mozilla pengguna aktif sebanyak 10 pengguna dan yang mengunduh sebanyak 500 pengÂguna.
“Kami masih terus memakÂsimalkan aplikasi ini. Tingginya jumlah pengguna sempat memÂbuat server lumpuh (down). Tetapi, sekarang sudah kita coba naikkan lagi kemampuannya,†kata Yuandri.
Ketua tim Ilham Satyabudi menjelaskan, cara kerja aplikasi sensor otomatis berbeda dengan pemblokiran situs pornografi yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Dia menyatakan, kalau pemerÂintah melakukan pemblokiran situs pornografi yang terdaftar di Nawala, sedangkan situs yang tak terdaftar tidak dapat dilakukan pemblokiran. Sehingga, masih bisa diakses masyarakat luas.
“Kalau aplikasi ini bekerja di mesin pencari, melakukan senÂsor terhadap konten-konten, baik berupa teks maupun gambar yang terindikasi pornografi. Saat ini, cakupannya sensor untuk teks masih 82 persen, sedangkan gamÂbar 72 persen,†kata Ilham.
Temuan ini juga membuat Pemkot Bogor kepincut. Pemkot Bogor berencana menerapkan aplikasi autosensor antipornoÂgrafi karya mahasiswa IPB yang akan digunakan tahap awal di komputer karyawan dan sekolah.
Rencana ini dibahas dalam perÂtemuan Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto dengan tiga mahasiswa IPB yang berhasil menciptakan aplikasi sensor otomatis konten terindiÂkasi pornografi, di Balai Kota, Jumat (17/6/2016). (Yuska Apitya)