Untitled-4BOGOR, TODAY—Presiden Joko Widodo (Jokowi) me­nyambangi peter­nakan sapi mi­lik PT Karya Anuge rah R u m p i n (KAR), Jl Raya Cibo­das, Desa C i b o d a s , Kecamatan Rumpin, K a ­bu­paten Bogor, Jawa Barat. Jokowi yang mengenakan ke­meja putih lengan panjang, datang ke tempat peternakan tersebut pada pukul 11.00 WIB. Di sini, mantan Walikota Solo ini ingin menyaksikan proses pembuntingan sapi le­wat proses inseminasi buatan.

Ada 5 sapi yang disiapkan untuk dihamili dengan sper­ma dari sapi unggulan lokal tersebut, semuanya berasal dari sapi peranakan Ongol. Proses pembuntingan kelima sapi sedianya akan disaksikan

langsung oleh Jokowi, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menristek Dikti Muhammad Nasir, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dan Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain.

Namun, Jokowi hanya meman­tau proses inseminasi buatan tersebut. Sesekali, dirinya hanya mendengarkan penjelasan proses pembuntingan sapi dari Di­rektur KAR, Karnadi Winaga.

Usai blusukan di kandang sapi, Jokowi langsung bergegas ke Cimanggis, Depok, untuk meman­tau progres pembangunan Tol Depok-Antasari. Sebelum menin­ggalkan Rumpin, Jokowi sempat berhenti sejenak turun dari mobil­nya, tak jauh dari peternakan un­tuk membagi-bagikan paket sem­bako kepada masyarakat sekitar.

Jokowi menargetkan swase­mbada pangan, terutama daging, bisa dilakukan paling tidak pada 10 tahun mendatang, atau 2026. Alasan lamanya keberhasilan swasembada karena sektor hulu atau pembibitan sapi belum dibe­nahi dengan baik.

Untuk mencapai swasembada, menurut Jokowi, perlu adanya perubahan program peternakan pemerintah, seperti menghenti­kan kebijakan bagi-bagi sapi yang selama ini rutin diberikan Kemen­terian Pertanian (Kementan).

BACA JUGA :  7 Manfaat Bawang Merah untuk Kesehatan, Wajib Tahu!

“Dan kita tidak mungkin lagi bagi-bagi sapi ke petani tanpa manajemen pengawasan dan pendampingan. Gagal kalau sep­erti itu diulang,” jelas Jokowi di peternakan sapi milik PT Karya Anugerah Rumpin (KAR), Bogor, Selasa (21/6/2016).

Program yang efektif untuk mencapai swasembada sapi, sam­bungnya, bisa dilakukan dengan kerja sama antara swasta dan peneliti seperti yang dilakukan KAR dan Lembaga Ilmu Pengetahuan In­donesia (LIPI) di Rumpin ini.

Anakan sapi hasil pembibitan itulah yang kemudian dibagikan kepada peternak kecil, kemudian dilakukan pendampingan dan pengawasan secara ketat selama masa pemeliharaan. “Ini menurut saya sudah bagus. Ada swastanya, ada peneliti LIPI. Di tempat lain, Mengatas, Sumatera Barat, diker­jakan total oleh Kementan. BUMN Berdikari juga akan sama dengan yang ini,” jelas Jokowi. “Semuan­ya sudah berjalan pada rel yang betul. Hanya perlu konsisten terus, jangan berhenti. Kita harus pakai pola seperti ini. Jadi diberi­kan kepada petani, tapi ada yang mendampingi, paling penting di situ,” tambahnya.

Jokowi juga meminta harga daging sapi terus ditekan hingga di bawah Rp 80.000/kilogram (kg). Sebab, dengan harga yang terjang­kau, maka masyarakat lebih mu­dah untuk memenuhi kebutuhan daging, terutama saat hari raya seperti Ramadan dan Idul Fitri.

Jokowi mengatakan, harga dag­ing sapi di beberapa negara ada yang dijual di kisaran Rp 55.000-Rp 60.000/kg. Seharusnya, kata Jokowi, harga daging di Indonesia bisa menyentuh di bawah harga Rp 80.000/kg. “Saya sampaikan bo­lak-balik, kalau di negara lain harga daging Rp 55.000-Rp 60.000/kg, itu bukan cerita. Saya dapat infor­masi langsung, ada,” ujar Jokowi di lokasi pembibitan sapi KAR.

BACA JUGA :  Gertak PSN di Kota Bogor, Libatkan Siswa Berantas Sarang Nyamuk

“Mestinya kita di sini arahnya ke sana. Saya menyampaikan Rp 80.000/kg dengan kalkulasi. Itu pun posisinya masih berada di ten­gah,” imbuh Jokowi.

Dia menambahkan, harga dag­ing sapi bakal terus ditekan hingga menyentuh di bawah Rp 80.000/kg. “Harus dikejar terus dan saya kira sekarang ini ada BUMN, swasta, ada 10 yang bergerak di pasar. Pelan-pelan harganya akan ketarik turun. Nyatanya, swasta dan BUMN bisa jual dengan harga Rp 70.000-Rp 80.000/kg,” tutur Jokowi.

Jokowi juga mengatakan Indo­nesia masih perlu impor sebelum menuju swasembada daging. Tu­juannya, selain untuk memenuhi permintaan, impor daging juga un­tuk mencegah sapi betina produk­tif dipotong untuk konsumsi. “Ini kan memang proses panjang, bu­kan instan. Kalau konsisten dan terus menerus saya kira bisa swase­mbada daging. Sebelum swasem­bada, mau tidak mau untuk kon­sumsi sementara sebagian impor,” ujarnya. “Karena kalau tidak impor justru induk-induk sapi betina yang baik disembelih. Ini bahaya, ha­rus dihindari,” tandasnya.(Yuska Apitya Aji)-(ed:Mina)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================