Penjualan produk non-BBM juga meningkat dari 3,29 juta KL menjadi 3,46 juta KL. Pangsa pasar pelumas pun membesar, yakni 59 persen pada kuartal I 2015 menjadi 59,1 persen pada kuartal I lalu.

Selain sektor hilir, kinerja sektor hulu Pertamina juga meningkat. Produksi minyak Pertamina pada kuartal I 2016 mencapai 306,25 ribu barel per hari (bph), naik dari periode sama tahun lalu yang sebesar 267,9 ribu bph. Produksi gas juga meningkat dari 1,62 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) menjadi 1,98 BSCFD.

Demikian pula produksi panas bumi meningkat menjadi 761,51 gigawatt hour (GWh) dari sebelumnya 716,16 GWh.

Pertamina juga mencatat kinerja di sektor pengolahan dengan imbal hasil produk atau yield valuable prod­uct mencapai 76,96 persen pada kuartal I 2016. Angka ini lebih tinggi dari periode sama tahun lalu yang mencapai 71,16 persen. Sementara total hasil olahan kilang atau total output kilang menin­gkat dari 70,08 juta barel menjadi 75,94 juta barel.

BACA JUGA :  Ini Lokasi SIM Keliling di Kota Bogor, Rabu 27 Maret 2024

Jokowi Khawatir

Sementara itu, Presiden Joko Wido­do (Jokowi) selaku Ketua Umum Dewan Energi Nasional (DEN) kemarin mene­tapkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Jokowi inginkan RUEN bisa menjawab berbagai tantangan perkem­bangan energi global, khususnya harga minyak yang rendah. “Hari ini adalah penetapan RUEN, kita dan juga penam­bahan anggota DEN dan isu strategis lain­nya,” terang Jokowi membuka rapat di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/6/2016).

RUEN meliputi arah dan peta jalan energi nasional sampai dengan 2050. Semua komponen energi, termasuk para stakeholder (pemangku kepent­ingan) akan tercakup di dalamnya. Baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta swasta. “Saya minta RUEN dapat men­jawab permasalahan energi saat ini, serta dapat mengantisipasi perkembangan en­ergi global,” jelasnya.

BACA JUGA :  Penemuan Mayat Bayi di Sungai Ngelo Jepara, Pelaku Pembuang Masih Diburu

Harga minyak dunia yang rendah, menurut Jokowi harus dapat menjadi momentum untuk memperbaiki tata kelola sektor energi dan penguatan cadangan penyangga sebagai antisipasi dari perkembangan masa depan. “Ha­rus menjadikan peluang untuk memper­baiki tata kelola sektor energi kita, sektor migas dari hulu sampai hilir,” ungkap Jokowi.

Dalam RUEN juga akan mencakup perkembangan energi baru dan terbaru­kan. Jokowi menilai energi yang ramah lingkungan tersebut harus dikembang­kan secara agresif. “Kita juga tidak bisa lagi menunda-nunda program EBT dan pengembangan EBT harus dipercepat lima kali lipat pada 2025 agar bauran EBT mencapai 23%. Tidak boleh ada ego sek­toral dan pengembangan EBT merupak­an komitmen kita bersama, komitmen nasional kita,” tandasnya.(Yuska

Apitya/ed:Mina/dtk)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================