BERBEDA dengan raÂsul – rasul yang lainÂnya yang diutus hanya untuk umat tertentu saja, Nabi Muhammad saw. diutus untuk sekalian umat. DiutusÂnya beliau di dunia ini adalah sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebagaimana firman Allah: ‘Dan tidaklah Kami mengutus engÂkau melainkan sebagai
Beliau adalah seorang rasul yang sangat mencintai umatnya. Beratnya resiko yang beliau hadapi, terkadang nyawa jadi taruhannya, tidaklah menyÂurutkan semangat juangnya untuk terus berdakwah kepada umatnya. Itu semua dilakukan karena rasa cinta beliau yang sedemikian besar terhadap umatnya.
Ketika orang-orang kafir musyÂrikin sudah merasa kesal dan bingung tidak berhasil mencegah usaha dakÂwahnya, tokoh – tokoh kafir musyrikin datang kepada paman Rasulullah yaitu Abu Thalib agar menasihati beliau unÂtuk berhenti berdakwah menyebarkan Islam. Dan jika beliau tidak berhenti dalam dakwahnya, maka tokoh-tokoh kafir musyrikin mengancam akan memÂbunuhnya. Kemudian Abu Thalib pun menyampaikan pesan tersebut kepada Rasulullah, dan beliau menjawab : ‘SeÂandainya matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti atau aku akan binasa.’

Saat menjelang kematiannya, beliau masih memanggil-manggil umatnya agar jangan melalaikan salat lima wakÂtu. Bahkan saat malaikat Izrail hendak mencabut ruhnya, beliau belum mau mati sebelum mengetahui bagaimana nasib umatnya nanti di hari kiamat. Baru setelah malaikat Jibril mengatakan bahwa surga akan tetap ditutup untuk para nabi sebelumnya setelah beliau lebih dulu memasukinya. Dan umat – umat lainnya pun tidak akan bisa masuk surga, sehingga umat beliau lebih dulu memasukinya. Maka beliau pun baru siap untuk dicabut ruhnya setelah menÂdengar kabar baik tentang umat yang dicintainya tersebut.