Namun kondisi ini tidak terÂÂjadi, saat berada di dalam kendÂÂaraan umum, atau menunggu keberangkatan baik di termiÂÂnal, stasiun ataupun bandara orang-orang di sekeliling kita saat ini sibuk dengan perangÂÂkat dawainya. Demikian juga di acara keluarga dapat kita amati semuanya sibuk dengan perÂÂangkat dawai masing-masing. Memang dawai sekarang banÂÂyak yang dibekali dengan apÂÂlikasi yang dapat membaca berÂÂbagai hal, baik berita maupun buku novel yang sudah didigiÂÂtalisasi, namun dari sisi efisiensi buku tetap lebih unggul, karena tidak perlu diisi ulang dan kita pun fokus karena tidak tergoda membuka aplikasi sosial media lainnya.
Keluarga dan Literasi
Dengan semangat RamaÂÂdhan keluarga berkewajiban memelihara semangat literasi ini. Budaya literasi di keluarga harus diawali dengan teladan orang tua. Kebiasaan memÂÂbaca orang tua akan menular kepada anak-anaknya. Namun bagaimana mengawalinya ini adalah tugas yang memerluÂÂkan pendekatan dan kesabaran orang tua.
Pertama orang tua harus mampu menumbuhkan karaÂÂkter anak jatuh cinta pada keÂÂgiatan membaca. Mengajak jalan-jalan ke toko buku, memÂÂberi hadiah buku, sehingga tumbuh kebiasaan membaca. Kebiasaan inilah yang akan melahirkan karakter. Pada akhÂÂirnya kegiatan membaca juga sebagai fondasi pada kegiatan literasi yang lebih luas.
Kedua, tumbuhkan buÂÂdaya membaca di lingkungan keluarga, tanaman akan tumÂÂbuh di lading yang subur dan terpelihara dengan baik. ArtiÂÂnya karakter yang sudah tumÂÂbuh harus dipelihara dengan baik. Guru saya menyatakan pada saat memiliki rumah, yang beliau lakukan pertama kali adalah memiliki ruang khusus untuk Mushola dan Perpustakaan. Saat ini anak-anaknya sudah menyelesaikan studi dan mendapat beasiswa ke luar negeri.
Ketiga, jadikan rumah seÂÂbagai pusat belajar, ada kerinÂÂduan anak-anak untuk segera pulang ke rumah. Penulis terÂÂingat dengan Kampung IngÂÂgris di Pare Kediri, hampir di sepanjang jalan tersedia tempat kursus dengan berbagai slogan yang mendorong semangat para pembelajar. Dalam lingkup keÂÂcil rumah, tidak ada salahnya slogan itu ditempatkan di temÂÂpat-tempat strategis di rumah. Misalnya : ‘Sudah berapa judul buku yang dibaca minggu ini?’, atau dengan bahasa gaul ‘Haus saya minum, Kepo saya baca’. Banyak yang bisa keluarga lakuÂÂkan, pada akhirnya tergantung pada niat dan kesungguhan.
Semoga semangat literasi di Bulan Ramadhan bisa terus kita pelihara dan dijadikan kegiatan yang menyenangkan di manaÂÂpun! (*)