Oleh : dr. Ricky Julianto (dokter di RSUD Leuwiliang)
KUSTA atau Lepra atau Morbus Hansen adalah salah satu penyakit kulit tertua di dunia. Penyebab dari kusta adalah infeksi Mycobacterium leprae.
Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus kusta terbanyak ketiga setelah Brazil dan India.1 Kusta dikategorikan sebagai penyakit menular, namun penularan kusta belum diketahui secara pasti.
Para ilmuwan berpikir bahwa penularan mungkin terjadi ketika seseorang dengan penyakit kusta batuk atau bersin, dan orang yang sehat menghirup tetesan yang mengandung bakteri.
Diperlukan kontak yang lama dan dekat dengan seseorang dengan kusta yang tidak diobati selama berbulan-bulan untuk tertular penyakit ini.
Anda tidak dapat tertular kusta dari berjabat tangan, atau berpelukan, atau duduk bersebelahan di dalam bus, atau duduk bersama saat makan.
Penyakit kusta menyerang kulit, saraf tepi, dan organ tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Salah satu gejala yang paling umum dari penderita kusta adalah bercak kulit berwarna putih atau kemerahan yang mati rasa.
Apabila Anda menemukan gejala seperti ini, ada baiknya Anda segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.
Tenaga kesehatan profesional dapat mendiagnosis kusta dan memulai pengobatan serta penanganan yang tepat untuk individu yang terkena.
Kusta dapat diobati, dan perawatan yang diberikan pada tahap awal dapat mencegah terjadinya kecacatan.
Kecacatan dapat terjadi pada setiap penderita kusta, terutama pada penderita yang tidak diobati.
Oleh karenanya, diagnosis kusta secara cepat dan tepat menjadi sangat penting untuk mencegah kecacatan lebih lanjut akibat kerusakan saraf.
Selain cacat fisik, orang yang terkena atau menderita kusta juga menghadapi stigmatisasi dan diskriminasi daei lingkungan sekitar.