Plt Kepala BPOM Bah­dar Johan pada akhir Juni mengakui lembaganya tidak mengawasi vaksin impor. Ber­dasarkan hasil penyelidikan, vaksin impor itulah yang diop­los menjadi vaksin palsu.

Kelalaian pengawasan itu, menurut Bahdar, karena BPOM kekurangan sumber daya manusia. “Kami ber­salah. Kami mohon maaf atas apa yang terjadi, tapi kami su­dah melakukan apa yang kami bisa,” kata Bahdar.

Ia berkata, kewenangan BPOM hanya pada penga­wasan obat dan makanan, namun bukan pada pembua­tan dan penyaluran obat serta vaksin yang merupakan ke­wenangan Kemkes.

BACA JUGA :  Diduga Karena Salah Paham, Warga Palembang Dibacok Tetangga

Menteri Kesehatan Nila Moeloek telah mengumumkan 14 rumah sakit yang menerima vaksin palsu. Dari 14 RS itu, 13 di antaranya berlokasi di Kabupat­en dan Kota Bekasi, Jawa Barat.

Deretan RS penerima vaksin palsu itu ialah RS Dr. Sander Batuna, Cikarang; RS Bhakti Husada, Cikarang; RS Sentra Medika, Cikarang; RSIA Puspa Husada, Bekasi; RS Kar­ya Medika, Bekasi; RS Kartika Husada, Bekasi; RSIA Sayang Bunda, Bekasi; RSU Multazam Medika, Bekasi; RS Permata Bekasi; RSIA Gizar, Cikarang; RS St. Elisabeth, Bekasi; RS Ho­sana Medica Lippo Cikarang; RS Hosana Medica Bekasi; dan RS Harapan Bunda, Jakarta Timur.(Yuska Apitya/net)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================