“Namun tentu saja, akan ada keputusan dari parlemen untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan aturan konstitusi. Sehingga para pe­mimpin harus berkumpul dan mendiskusikan hal itu. Dan jika mereka menerima untuk membahasnya, maka saya sebagai Presiden akan menyetujui setiap keputusan yang dibuat oleh parlemen.”

Meski menegaskan kepu­tusannya, namun jika Turki memperkenalkan kembali hu­kuman mati maka Turki tidak lagi dapat bergabung dengan Uni Eropa. Hal itu sebelumnya telah disampaikan oleh Ke­pala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini.

Pernyataan yang dikeluar­kan oleh Mogherini itu meru­pakan tanggapan resmi Uni Ero­pa setelah Erdogan bersumpah akan memberikan sanksi yang berat kepada orang-orang yang dianggap melakukan peng­khianatan kepada negara.

Menurut kantor berita Turki, Anadolu, sebanyak 8.777 petugas dari Kement­erian Dalam Negeri Turki telah dikeluarkan dari kantor ke­menterian. Di antara ribuan orang itu tercatat ada 103 staf berpangkat Jenderal dan Laksamana dari militer Turki.

Erdogan juga menyampai­kan, pihaknya telah membuat permintaan tertulis resmi yang dikirimkan kepada Amerika Serikat untuk mengekstradisi ulama Turki bernama Fethul­lah Gulen, yang kini berada dalam pengasingan legal di Saylorsburg, Pennsylvania, AS.

Ketika ditanya apa yang akan dilakukan jika AS menolak untuk mengekstradisi Gulen, Erdogan mengatakan bahwa Turki telah memiliki kesepaka­tan tentang ekstradisi pelaku kejahatan. “Jadi sekarang Anda meminta seseorang un­tuk diekstradisi, Anda adalah mitra strategis saya, saya selama ini telah mematuhi dan taat dengan peraturan, tentu saja harus ada timbal balik dalam beberapa hal,” ujar Erdogan.

Meski begitu, hingga saat ini, Menteri Luar Negeri John Kerry menyatakan pemer­intahnya belum menerima surat permintaan resmi dari Turki terkait ekstradisi Gulen.

Sebelumnya, Gulen, ula­ma Turki yang dituding men­dalangi percobaan kudeta mi­liter terhadap pemerintahan Erdogan, telah menyatakan akan mematuhi ekstradisi jika pemerintah AS memutuskan­nya. “Saya benar-benar tidak khawatir tentang permintaan ekstradisi, sebagaimana saya tidak khawatir terhadap kema­tian,” kata Gulen dalam wawa­ncara dengan wartawan di ke­diamannya pada Minggu (17/7), seperti dikutip dari Reuters.

Gulen juga sempat mem­bantah tudingan dirinya seb­agai dalang kudeta militer pada yang menewaskan lebih dari 200 orang itu. Sebaliknya, ia menuding bahwa Erdogan be­rada di balik percobaan kudeta, yang menurutnya, bisa jadi di­rekayasa itu. “Sebelumnya, ada permintaan dari pihak Erdogan agar saya meminta maaf, tapi seseorang yang memiliki keya­kinan kuat tidak akan meminta maaf kepada seorang penindas,” katanya. (Yuska Apitya/net)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================