Barang bekas atau rongÂsokan umumnya diÂpandang sebelah mata sebagai sampah yang tidak berguna dan membuat ruangan tampak kotor. Namun ternyata tidak banyak yang tahu jika barang bekas memiÂliki nilai ekonomis.
Beberapa jenis barang yang sudah tidak dipakai bisa dimanfaatkan lagi atau bisa diÂdaur ulang. Rantai bisnis jual-beli barang bekas juga ternyata menawarkan peluang usaha yang menggiurkan. Tidak seÂdikit pengusaha pengepul baÂrang bekas yang memperoleh omzet hingga ratusan juta ruÂpiah saban bulan.
Salah satunya adalah Anis Saefullah di Cengkareng, JaÂkarta Barat. Ia mengaku menÂgawali bisnis ini benar-benar dari nol, yaitu dengan menjadi pemulung. Dari menjadi pemuÂlung, ia memahami berapa nilai ekonomis sebuah barang bekas.
Selama menjadi pemuÂlung. Anis membangun pemulung, pengepul, maupun tempat-tempat yang pasti mengjaring, baik itu dengan sesama hasilkan barang-barang bekas, sepÂerti pabrik, rumah sakit, perkanÂtoran dan lainnyanya. Â
Jenis-jenis barang bekas yang sering ia kumpulkan diantaranya peralatan elektronik, komputer dan sebagainya. Terbiasa dengan itu, pengetahuan akan fungsi-fungsi bagian alat elektronik pun bertamÂbah. “Misalnya soal komputer, saya jadi tahu mana yang namanya RAM, VGA, CPU dan sebagainya. Saya pun bisa merakit komputer. Jadi komÂputer yang saya beli dalam keadaan mati, saya perbaiki dan saya jual lagi. Harganya bisa naik berlipat-lipat,†imbuh Anis.
Setelah cukup banyak memiliki relasi, Anis lantas menjadi pengepul barang bekas di tahun 1999. Saat ini Anis memiliki sekitar tujuh gudang untuk mengepul barang-barang bekas dari para pemulung yang tersebar dari Jakarta, Bandung, CiÂrebon, dan lainnya.
Pembelinya berasal dari beraÂgam kalangan seperti warga yang mencari barang murah, kolektor baÂrang antik dan ke perusahaan-peruÂsahaan yang mengolah bahan bekas. Patokan harga beli dari pemulung dan harga jual ke pelanggan tidak bisa dipatok secara pasti, terganÂtung kondisi barang dan kemamÂpuan menaksir barang yang datang ke tempatnya. “Pengalaman bertaÂhun-tahun menjadi pemulung yang membuat saya bisa menaksir harga barang,†ujarnya.
Misalnya, monitor komputer yang sudah mati dia beli Rp 20.000 per unit dari pemulung. Setelah diperbaiki dan dijajakan beserta CPU yang juga bekas dan sudah diÂperbaiki, bisa dia jual seharga Rp 1 juta.
Pengepul barang bekas yang lain adalah Solikin di Pamulang, Tangerang Selatan. Ia menjadi pengepul dari bekas pembongkaran gedung. Hasil dari pembongkaran gedung kemudian ia pilah-pilah seperti kusen, pintu, batu bata, genÂteng dan lainnya. Barang-barang ini dijual lagi ke pabrik atau dicari untuk timbunan perataan tanah. (Yuska Apitya/ktn)
Bagi Halaman