Perihal anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang biÂasa melaksanakan masa orientasi tersebut, Sri Eningsih menyebutkan bahwa tidak ada sama sekali angÂgota OSIS yang menjadi bagian dari kepanitian. Anggota OSIS hanya seÂbagai pembimbing di setiap kelas dan tidak memiliki kewenangan apa pun. Hal tersebut ditegaskan kemÂbali oleh Aksa Dias dan Torik, siswa kelas 10 SMA Negeri 1 Kota Bogor.
“Ada dua hingga tiga kakak OSIS di setiap kelas. Mereka biasanya mengisi waktu kosong dengan berÂbagi cerita dan pengalaman menÂarik,†ungkap Aksa. Aksa menegasÂkan juga tidak ada berbagai bentuk tekanan dari senior-senior tersebut. “Saya merasa aman dan nyaman bersekolah di sekolah pilihan saya,†lanjutnya.
Upaya sekolah dalam mencipÂtakan sekolah ramah anak tidak sampai di situ saja. Sri Eningsih mengungkapkan bahwa ke depan, sekolah sudah bekerja sama dengan tim coaching mental yang berada di Depok untuk menyelenggaraÂkan coaching mental sebanyak tiga kali dalam satu tahun untuk siswa-siswinya. Hal tersebut bertujuan unÂtuk memberikan rasa aman kepada siswa-siswi bercerita tentang beraÂgam bentuk kejadian apa pun, terÂmasuk cara memilih peminatan dan juga bentuk tekanan yang mungkin akan mereka dapatkan.
“Coaching juga berlaku untuk guru dan juga para perwakilan siswa yang akan kami laksanakan secara random. Sebab dalam menÂciptakan sekolah ramah anak, ada tiga pointer yang harus seimbang komunikasinya. Siswa-siswi, guru, dan juga orangtua,†tutupnya. (HerÂza/Mgg/ed:Mina)