A8---23-7-2016-DidaktikaSEMANGAT SMK Angkasa Atang Sendjaja untuk mengubah image sekolah teknik yang gemar tawuran menjadi sekolah kreatif dan berkualitas, memang luar biasa. Ini bisa dilihat dari cara sekolah ini memanfaatkan masa orientasi siswa baru dengan berbagai kegiatan yang sangat bermanfaat bagi pembentukan karakter siswa.

Oleh : Alfian Mujani
[email protected]

Menariknya, masa pengenalan ling­kungan di SMA Angkasa Atang Sendjaja ini juga cukup pan­jang, yakni lima hari. Di seko­lah lain masa pengenalan ling­kungan ini hanya berlangsung tiga hari dan lebih bersifat ke­giatan dalam ruangan.

‘’Tiga hari pertama, para siswa mengikuti kegiatan pen­genalan lingkungan seperti pengenalan tata tertib, budaya belajar, dan permainan-per­mainan ringan untuk pema­nasan dan penyegaran,’’ kata Wakil Kepala SMK Angkasa Atang Sendjaja Mayor Fazri kepada Bogor Today, Jumat (22/7/2016).

Game-game ringan yang dilakukan di lingkungan seko­lah, menurut Mayor James Rahadi, salah satu instruktur di acara masa orientasi siswa baru SMK Angkasa, lebih bersifat pembentukan team building. Game ini sangat penting untuk melihat aspek manajerial, kecepatan, kreati­fitas, dan kekompakan anak-anak. ‘’Mereka diberi proyek yaitu membangun sebuah desam,’’ kata James.

Dalam proyek ini, lanjut James, para siswa yang sudah dibagi dalam beberapa tim, diminta membangun sebuah desa lengkap dengan se­gala macam infrastukturnya. Setelah desa tersebut selesai mereka bangun, para siswa diminta membangun saluran alir untuk kepentingan ke­hidupan sehari-hari di desa tersebut. ‘’Hasil kerja mereka akan kita lihat dan nilai dari sisi kecepatan dan keutuhan dalam menyelesaikan proyek ini,’’ katanya.

Yang lebih menarik lagi, dua hari terakhir masa pen­genalan lingkungan ini yakni Kamis dan Jumat, para siswa diterjunkan di lapangan terbu­ka, yakni di sebuah hutan tem­pat latihan para prajurit TNI AU di markas TNI AU Atang Sendjaja. ‘’Di tempat ini, mer­eka dilatih untuk bisa survive di tengah-tengah hutan,’’ kata Fazri.

Pada hari pertama di ‘’hu­tan’’ para siswa diberikan pen­genalan bagaimana cara ber­tahan hidup ketika berada di hutan. ‘’Mereka diajari mem­buat jerat untuk binatang,’’ kata Fazri.

Parasiswa juga diberikan pelajaran cara melarikan diri dari ancaman binatang buas. Selain itu, para siswa juga di­berikan pelajaran bagaimana cara mudah menguliti bina­tang dan memasak binatang hasil jeratan. ‘’Setelah itu, para siswa juga diajari cara turun dari tebing yang ada di hutan,’’ katanya.

Pada malam hari, menu­rut Fazri, para siswa melak­sanakan caraka malam, membawa pesan untuk dis­ampaikan kepada orang yang benar. Mereka juga diajari cara menggunakan kompas pada malam hari. ‘’Ada acara renungan suci juga untuk mengokohkan keteguhan hati mereka dalam menghadapi tantangan,’’ katanya.

Pada hari kedua, yakni siang hari para siswa diajari menggunakan kompas siang, yaitu mencari jalan keluar menggunakan kompas. Para siswa tampak tetap berseman­gat hingga hari terakhir. Saat menyenangkan bagi mereka adalah acara hiburan. ‘’Para siswa boleh berjoget ria dan disiram air dari mobil dam­kar,’’ katanya.

Yang paling membang­gakan bagi para siswa yang selesai mengikuti masa penge­nalan lingkungan dan survival ini, mereka dipertemukan dengan orang tua mereka di lapangan. ‘’Para orang tua memasang brevet kepada anak mereka masing-masing,’’ kata Fazri. Para siswa baru itu benar-benar mendapat pelaja­ran ilmu kehidupan.

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================