Direktur Treasury BNI, Panji Irwan mengatakan, kenaikan kredit cukup tinggi dikontribusiÂkan oleh segmen kredit bisnis banking yang naik 25,6% yoy menjadi Rp 260,79 triliun. SegÂmen bisnis banking atau segmen bisnis produktif ini tercatat meÂnyumbang 73% dari total kredit BNI. Sebagai gambaran, beberaÂpa segmen yang tercakup pada bisnis banking ini adalah sektor korporasi, BUMN, menengah dan kecil.
Tercatat sampai semester 1 2016, beberapa sektor kredit yang masuk ke dalam segmen bisnis banking yang mengalami pertumbuhan cukup besar dianÂtaranya kredit ke segmen BUMN yang naik 28,6% yoy. Selain itu, ada juga segmen kredit menenÂgah yang naik 34,6% yoy.
Menurut Baiquni, pada seÂmester II 2016, BNI akan meÂnambah outlet untuk menamÂbah penyaluran kredit. Hal ini dilakukan dengan melihat caÂbang yang mempunyai potensi kredit usaha rakyat (KUR) cukup tinggi. Selain itu, sampai akhir tahun, BNI akan menjaga rasio kredit bermasalah atau non performing loan(NPL) di bawah 3%.
Sampai akhir semester I 2016, tercatat beberapa rasio seperti NPL gross masih berada diangka 3% atau relatif sama dibandingkan dengan tahun lalu yaitu 3%. Untuk menjaga kualiÂtas NPL,, BNI tercatat menaikÂkan coverage ratio menjadi 142,8% dari sebelumnya 138,8%. «Sampai semester dua, kami masih akan meningkatkan covÂerage ratio untuk menyesuaikan dengan industri yang ada,†ujar Baiquni. (Abdul Kadir BasalaÂmah/Net)