Sementara, Bank Indonesia (BI) memprediksi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2016 ini akan berada di kisaran 5-5,4% di tahun ini. Faktor yang menjadi perhatian BI adalah cerainya Inggris dan Uni Eropa (Brexit) dan program penÂgampunan pajak atau tax amnesÂty di dalam negeri.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara, menÂgatakan ekonomi global memang akan tumbuh lebih lambat karena efek Brexit. Cerainya Inggris dari Uni Eropa ini berpotensi memÂperlambat pertumbuhan ekonomi negara maju dan beberapa negara berkembang yang memiliki hubunÂgan kuat dengan Inggris dan Uni Eropa.
“Selain berdampak pada ekoÂnomi Inggris dan Uni Eropa, perÂtumbuhan ekonomi Tiongkok dan India, yang memiliki pangsa ekspor cukup besar ke kawasan tersebut, diperkirakan dapat tumbuh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya,†kata Tirta.
Di sisi lain, lanjut Tirta, di tenÂgah pertumbuhan ekonomi AS yang membaik dan adanya Brexit, maka dolar AS mengalami penguatan. BI memperkirakan, penguatan dolar AS ini mengurangi peluang naiknya suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR). «Sehingga FFR diperkiÂrakan hanya meningkat satu kali di akhir tahun 2016,» ujar Tirta.
Sementara di pasar komoditas, Tirta mengatakan, harga minyak dunia bergerak naik akibat penuÂrunan produksi AS dan gangguan pasokan di beberapa negara. Ke depan, harga minyak diperkirakan masih berada pada level yang relaÂtif rendah seiring permintaan yang masih lemah. Sementara itu, harga beberapa komoditas ekspor IndoneÂsia membaik, khususnya batu bara dan CPO.
Kemudian dari dalam negeri, BI melihat bahwa program penÂgampunan pajak berpotensi meÂnambah likuiditas perekonomian nasional, yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi produktif di dalam negeri. “Bank Indonesia akan terus melakukan pendalaman pasar keuangan dengan menamÂbah produk investasi dan lindung nilai (hedging) di pasar keuangan, memperkuat strategi pengelolaan moneter, dan mendorong sektor riil untuk memanfaatkan dana repatriÂasi secara optimal. Bank Indonesia juga akan terus berkoordinasi denÂgan Pemerintah agar pelaksanaan UU Pengampunan Pajak termasuk repatriasi dana dapat bermanfaat bagi perekonomian nasional,†paÂpar Tirta.
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II- 2016 akan membaik, namun terbaÂtas, Konsumsi rumah tangga disebut membaik, yang terlihat dari tumÂbuhnya penjualan eceran dan mobil menjelang lebaran.
Namun, pertumbuhan investasi, khususnya non bangunan, belum menunjukkan perbaikan yang sigÂnifikan di tengah tingginya belanja modal dan barang pemerintah. Dari sisi eksternal, ekspor diperkirakan masih lemah, meskipun beberapa komoditas mulai mengalami penÂingkatan. «Pertumbuhan ekonomi pada triwulan-triwulan mendatang diperkirakan akan terus membaik. Hal ini didukung oleh pelonggaran moneter dan makroprudensial, serta penguatan stimulus fiskal yang sejalan dengan implementasi UU Pengampunan Pajak, serta tetap tingginya belanja pemerintah. DenÂgan perkembangan tersebut, perÂtumbuhan ekonomi untuk keseluruÂhan 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,0-5,4%,» tandasnya.(*)