“Maverick sudah meÂmutuskan pergi dan kami tidak ingin mengekangÂnya. Proyek kami dimulai dengan duet Maverick dan Aleix (Espargaro). SelanjutÂnya, Aleix akan duet berÂsama Andrea (Iannone). Kami ingin pebalap yang memiliki komitmen dan motivasi besar. Kami pikir inilah yang jadi alasan terÂpenting,†sebut Brivio.
“Kami memiliki hubunÂgan yang baik dengan MavÂerick. Kami benar-benar meÂnyukainya. Tapi bila dia ingin mengubah kariernya, maka kami harus membiarkan dia pergi. Itulah peran kami sebÂagai tim†pungkasnya.
Setelah mendatangkan Andrea Iannone, Suzuki EcÂstar memilih mendatangkan rising star Moto2, Alex Rins. Rins pun diharapkan bisa menjadi penerus Vinales yakni pebalap muda yang berkembang pesat bersama Suzuki.
Brivio menyatakan tiÂdak mudah baginya dan tim memilih Rins. Sebab, ada banyak pertimbangan yang harus dilakukan, mengingat Suzuki memiliki misi untuk mengembangkan pebalap muda. Brivio tak segan menÂgaku bahwa sebelum memilÂih Rins, ia dan tim sempat mempertimbangkan juara Moto2 2015 Johann Zarco. Namun, pada akhirnya tim sepakat menjatuhkan piliÂhan kepada Rins.
“Kami memiliki opsi untuk Zarco dan Alex Rins. Sekali lagi, itu adalah piliÂhan yang sulit untuk kami. Bahkan, saya harus pergi ke Jepang untuk mendisÂkusikannya dengan seluÂruh manajemen,†ungkap Brivio, seperti dimuat Crash, Selasa (26/7/2016).
“Pada akhirnya kami berpikir Rins memiliki poÂtensi untuk menjadi pemÂbalap yang sangat bagus di masa depan. Jadi, kami memilih untuk membuat investasi dengannya dan membantunya berkemÂbang. Kami berpikir dia adalah seseorang yang bisa berada di posisi top dalam satu atau dua tahun,†tamÂbahnya. (Rishad/Net)