Dia juga mendapat laporan bahwa negÂara lain yang sudah gencar meminta agar pengusaha Indonesia tak memulangkan uangnya ke tanah air. Laporan itu ada di dua kota besar. “Sehingga ini perlu diantiÂsipasi. Siapa-siapa yang sudah berbicara di situ, nama-namanya ada di saya semuanÂya,†ujar Jokowi.
Menurut Jokowi, tax amnesty sanÂgat penting untuk pembangunan. Tak ada lagi waktu untuk menunda-nunda pelakÂsanaannya. “Tapi kalau tidak berhasil juga, momentumnya sekarang. Tidak ada lagi momentum selanjutnya. Ini hati-hati semuanya. Lancarkan sekali lagi, setting lapangannya lebih diperketat lagi, ke Bu Menkeu,†ujar Jokowi sambil menengok ke arah Sri Mulyani yang duduk di sebelah Bambang Brodjonegoro, Menteri PPN/KeÂpala Bappenas yang baru.
Dalam sambutannya, Sri Mulyani mengungkapkan, tugas Menteri KeuanÂgan merupakan tugas mulia namun tugas ini bukan tugas yang ringan. “Saya tahu Anda semua punya tugas yang berat unÂtuk mengelola keuangan negara. Saya juga menyadari bahwa kebijakan fiskal teruÂtama dalam kondisi ekonomi yang sangat menekan, terutama dari dalam dan luar negeri akan menerima beban yang sangat besar. Tugas ini sangat mulia, tetapi tidak ringan,†ucapnya.
Ani datang ke Indonesia tak lain untuk mengemban tugas negara menjadi Menteri Keuangan. Kepercayaan ini harus dijalankÂan dengan baik tentunya dengan dukungan berbagai pihak. “Saya kembali ke Indonesia untuk mengemban tugas yang tidak ringan. Saya tahu ini satu kepercayaan yang tinggi. Dengan rendah hati saya ingin membaktiÂkan profesionalisme saya. Karena itu, saya ingin mendapatkan dukungan dari seluruh jajaran Kemenkeu,†ujarnya.
Sri menyebutkan, berbagai tugas yang diamanatkan kepadanya adalah bagaimana mengurangi kemiskinan, mengurangi kesÂenjangan, dan mengembalikan kepercayÂaan publik sehingga dapat menjadi motor penggerak perekonomian yang efisien. “TiÂdak mungkin menggerakkan ekonomi hanya menggunakan APBN. Ini tugas yang harus kita perhatikan,†tuturnya.
Sri Mulyani juga berterima kasih kepaÂda Bambang yang telah bertugas mengemÂban amanat sebagai Menteri Keuangan selama dua tahun terakhir. “Saya berteriÂma kasih kepada Pak Bambang yang telah melakukan banyak inisiatif untuk meranÂcang kebijakan anggaran sehingga menjadi instrumen belanja negara yang efektif. Saya akan banyak bertanya ke Pak Bambang dan saya tentu sangat berharap agar Pak MisÂbakun (Fraksi Partai Golkar) dapat memÂberikan dukungan dan bekerja sama denÂgan baik,†ungkap dia.
“Saya mengharapkan seluruh jajaran kementerian keuangan untuk terus belerja. Kementerian ini penting untuk masyarakat. Apa yang dilakukan kementerian ini akan mencerminkan kualitas birokrasi pemerinÂtah secara keseluruhan. Saya berharap KeÂmenterian Keuangan dapat terus menjadi contoh pelaksanaan birokrasi. Birokrasi yang melayani, birokrasi yang menyederÂhanakan, yang transparan,†pungkasnya.
Sri Mulyani Indrawati bukan nama yang asing bagi telinga masyarakat Indonesia. Perempuan kelahiran Lampung, 54 tahun siÂlam tersebut pernah menjabat sebagai MenÂteri Keuangan di era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2005 lalu.
Ani, sapaan akrabnya dinilai sukses melakukan reformasi besar-besaran pada lembaga perpajakan sekaligus bea dan cukai selama dia memimpin Kementerian Keuangan. Ia juga berhasil menggandakan investasi langsung ke Indonesia di tahun pertamanya menjadi menteri, dari USD4,6 miliar pada 2004 menjadi USD8,9 miliar.
Beragam penghargaan kemudian dikanÂtongi istri dari Tony Sumartono. Pada 2006, Euromoney menganugerahkannya gelar Menteri Keuangan Terbaik. Berlanjut pada 2008, Forbes menyematkan gelar peremÂpuan paling berpengaruh ke-23 di dunia.
Kecemerlangan Sri Mulyani sebagai bendahara negara berlanjut pada periode kedua, SBY memimpin Indonesia pada 2009. Namun secara mengejutkan, pada 5 Mei 2010, Sri Mulyani menyampaikan surat pengunduran dirinya kepada SBY. Dengan satu alasan, menerima tawaran Bank Dunia untuk menjadi Direktur Pelaksana mulai 1 Juni 2010. Jabatan tersebut merupakan jabatan tertinggi kedua setelah Presiden Direktur Bank Dunia.
Namun, banyak pengamat yang meniÂlai keputusan pengunduran diri tersebut terkait dengan pertentangan moral yang melanda Sri Mulyani karena merasa menÂjadi korban perkawinan kepentingan politik terkait dengan kebijakan bailout Bank CenÂtury. Selamat bekerja Bu Ani.(*/ed:Mina)