Untitled-2Kota Bogor kembali menorehkan namanya di kancah Internasional. Pasalnya Kota Bogor menjadi kota pertama yang menjalin kerja sama dengan Oxford University.

HAL tersebut d isampaikan Mahasiswa S3 Kebijakan Sos­ial Putu Geniki Lavinia Natih yang melakukan audiensi dengan Walikota Bogor Bima Arya Senin (1/8/2016) di ruang Paseban Punta Balai­kota Bogor. Kerja sama ini dalam bentuk workshop tentang Pemetaan Kemiski­nan di Kota Bogor dengan output sebuah software statistik. “Software statistik ini bisa dimanfaatkan bagi penentuan kebijakan di Pem­kot Bogor,” ujar Niki sapaan akrabnya.

Niki menuturkan, awal di­pilihnya Kota Bogor sebagai tempat penelitian sudah sejak satu tahun lalu. Pembimbing disertasinya kerap kali memin­ta ia menterjemahkan berita-berita lokal dari negara urban. Tak disangka, pembimbingnya tertarik dengan Kota Bogor yang mempunyai program ino­vatif dan menginspirasi. Salah satunya terkait 20 Program Pengentasan Kemiskinan Ber­dasarkan 7 Urusan yang dicetus Bima Arya. “Dari pembimbing memutuskan risetnya di Kota Bogor,” jelas alumni S1 Fakultas Ekonomi Univeristas Indonesia (UI) itu.

Lebih lanjut Niki menutur­kan, direncanakan workshop akan berlangsung di Agustus dengan turut mengundang sekitar 30 Kepala Dinas atau Kepala Bagian Organisasi Per­angkat Daerah (OPD). Pada kegiatan workshop nanti­nya, akan dimasukan data dari dinas terkait pemetaan kemiskinan ke dalam sofware. Software yang dibuat oleh Niki dan pembimbingnya nanti akan menghasilkan indikator kemiskinan berdasarkan data-data yang diinput dari dinas terkait. “Kedepan setelah work­shop ini berharap kerja sama Pemkot dan Oxford bisa terus terjalin,” pungkas perempuan 26 tahun ini.

BACA JUGA :  Konsumsi Ini Sebelum Tidur, 3 Minuman Penghancur Lemak Perut

Seperti diketahui, Pemkot Bogor meningkatkan anggaran penanggulangan kemiskinan hingga Rp 240 miliar tahun ini untuk mensubsidi sekitar 50.000 jiwa, dibandingkan re­alisasi anggaran sebesar Rp 197 miliar tahun lalu.

Wakil Walikota Bogor Us­mar Hariman mengingatkan, penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu dari enam prioritas yang telah di­tentukan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menen­gah Daerah (RPJMD) 2015-2019. “Maka menjadi kewajiban kita untuk bisa mencapai target-tar­get yang telah ditentukan itu,” kata dia.

Usmar mengatakan sampai dengan tahun 2015 penanga­nan kemiskinan sebetulnya su­dah mencapai 107% dari target RPJMD dengan menyerap ang­garan sebesar Rp 197 milyar yang tersebar pada beberapa satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Namun demikian, ia mengakui perlunya dilakukan pembuktian tentang pencapa­ian terebut.

BACA JUGA :  Pemkab Bogor Bersama USAID Optimalkan Peran Kader Desa Cegah Penularan Tuberkulosis

Oleh karena itu, pada tahun 2015 pihaknya bekerjasama dengan BPS melakukan pen­dataan secara langsung untuk mengetahui angka kemiski­nan yang pasti di Kota Bogor. “Dalam waktu dekat mungkin kita sudah dapat mengetahui angka kemiskinan karena saat ini sudah dalam tahap finalisa­si,” ungkapnya.

Usmar menyampaikan, untuk tahun 2016 anggaran penanggulangan kemiskinan meningkat menjadi Rp 240 miliar. “Dengan anggaran yang meningkat tentunya kita harus mencoba untuk mencermati bagaimana target bisa tercapai dan bagaimana angka kemiski­nan bisa menurun,” lanjutnya.

Peningkatan anggaran di tahun 2016 diperlukan untuk melakukan intervensi pada delapan urusan mencakup ke­tahanan pangan, urusan pem­berdayaan masyarakat, urusan perumahan rakyat, dan urusan pendidikan dan kesehatan. Sedangkan orang miskin yang akan diintervensi mencapai 49.522 jiwa.(Yuska Apitya Aji)

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================