Susi merasa dilarangnya asing menangkap ikan di IndoÂnesia sudah sesuai dengan misi pemerintah menjadikan Laut Indonesia sebagai masa depan bangsa. “Dua tahun perang terhadap illegal, unreported, dan unregulated (IUU) fishing diÂlakukan dimulai dengan permen moratorium untuk kapal-kapal eks asing dua kali enam bulan dan pelarangan transhipment, analisa, dan evaluasi dilakukan,†katanya.
“Yang akhirnya industri periÂkanan menyumbangkan perÂtumbuhan PDB akhir tahun 2015 menjadi 8,96%, hampir dua kali dibanding sektor lainnya. Nilai tukar nelayan di tahun 2014 SepÂtember hanya 102 naik di awal tahun 2016 mencapai 110,†tamÂbah Susi.
Hasil nyata lainnya adalah harga ikan yang mulai turun dan terjangkau sambil menyumbang deflasi 0,42%. Ikan pun bisa menjadi sumber protein yang murah ketimbang daging sapi yang harganya mahal. “ThaiÂland terpuruk PDB perikananÂnya, pertama kali minus PDB perikanannya. Begitu juga (negÂara) yang lain, Semua itu mestiÂnya menyadarkan kita Indonesia bisa dan mampu dan kita punya. Saya yang memiliki pendidikan terendah di jajaran anak bangsa, merasa bangga mengatakan dan menyatakan hal ini,†tegas Susi. (Yuska Apitya/dtk)