Sebelumnya, BI berpedoman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bertenor 12 bulan sebagai acuan BI rate. Saat ini, BI rate masih beÂrada pada level 6,5 persen, semenÂtara BI-7DRR rate berada di level 5,25 persen atau setara dengan suku bunga operasi moneter tujuh hari.
Banyak yang memprediksi denÂgan acuan baru tersebut mampu menekan suku bunga dana maupun pinjaman bank turun lebih cepat. Pasalnya bunga BI-7DRR mencerÂminkan kondisi pasar uang antar bank (PUAB) yang sebenarnya.
Namun Ketua Dewan KomisionÂer Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Halim Alamsyah memprediksi transmisi kebijakan moneter baru terhadap suku bunga bank masih harus membutuhkan waktu serta harus mempertimbangkan faktor ekonomi pendukung lainnya.
Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) itu menjelaskan seÂcara umum kondisi likuiditas perÂbankan dalam kondisi yang baik, kendati secara industri pertumÂbuhan volume Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami perlambatan, khususnya di deposito.
Untungnya menurut Halim kondisi tersebut diimbangi oleh perÂmintaan kredit yang masih lemah sehingga kondisi likuiditas bank tiÂdak terlalu mengalami tekanan yang berarti. Dengan kondisi tersebut, lanjutnya, membuat perbankan pasti berhati-hati dalam menyeÂsuaiakan suku bunganya dalam rangka mengikuti acuan moneter BI-7DRR rate. “Suku bunga masih bisa turun, namun saya rasa turunÂnya akan pelan dan terbatas karena itu semua masih tergantung situasi moneter dan ekonomi kita,†ujar Halim.
Selama siklus pembiayaan maÂsih berjalan lambat, lanjutnya, bank tidak akan berani memasang harga terlalu mahal. Dia berharap, perÂbankan masih bisa menjaga likuidiÂtasnya dan rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) agar tidak mengalami kenaikan.
Karena hal ini juga menjadi salah satu pemicu utama perbankan untuk menurunkan suku bunga. Potensi penurunan suku bunga di tengah likuiditas perbankan yang buruk justru akan membuat perÂang suku bunga antarbank. “Kalau kegiatan ekonominya sudah memÂbaik, investasi jalan, kepercayaan masyarakat terutama investor suÂdah mulai membaik, baru lah siklus keuangan ikut membaik, biasanya begitu,†terang Halim
Senada dengan Halim, Kepala Riset Woori Korindo Securities Rangga Cipta memprediksi penÂgaruh perubahan acuan moneter bank sentral ke sektor riil belum mampu dirasakan dalam waktu yang singkat. Pasalnya pasar masih membutuhkan waktu untuk berÂadaptasi dengan isntrumen anyar tersebut. “Kita sudah hidup dengan BI rate semenjak 2005, jadi marÂket akan lebih butuh waktuadjustÂment dari bank sentral. Walaupun sudah ada sosialisasi, tapi masih ada yang belum mau dan paham soal BI-7 Day Reverse Repo rate itu,†jelasnya.(*)