“Itu juga sebabnya kurs kita tidak melemah terus. Melemah tapi kemudian ada naiknya. Buktinya coba lihat dolar AS, itu tidak menguat terus. Rupiah kita di kisaran Rp13.345-13.350. Jadi, jangan dianggap ini akan ada perubahan besar,” imbuh Darmin.

Hanya saja, untuk jangka panjang, Darmin enggan memproyeksi lebih jauh dan rinci. Pasalnya, perubahan terus terjadi dan di tengah ketidakpastian ekonomi global, kondisi ekonomi terus berubah.

Namun, Darmin memastikan, pemerintah terus memantau segala pergerakan, sentimen, dan proyeksi dampak dari seluruh indikator ekonomi global, termasuk suku bunga The Fed.

BACA JUGA :  Menu Simple dengan Tumis Pakcoy Wijen yang Sedap Bikin Ketagihan

Sebelumnya, senada dengan pemerintah, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup baik dan para pelaku pasar telah memperhitungkan dampak kenaikan FFR. “Kami melihat bahwa kondisi ekonomi dalam keadaan baik. Itu ditandai dari angka pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca pembayaran, dan transaksi berjalan yang terjaga. Sehingga, risiko pembalikan modal ataupun tekanan yang tidak kami kehendaki tak terjadi,” kata Agus secara terpisah.

BACA JUGA :  Menu Makan Malam dengan Nasi Goreng Jamur yang Lezat dan Bikin Nagih

Meski begitu, BI memastikan, akan terus memantau pergerakan The Fed sembari menjaga kestabilan gejolak nilai tukar rupiah (kurs). Untuk diketahui, The Fed berencana menaikkan suku bunganya pada Maret ini. Sebelumnya, The Fed mengerek FFR pada Desember 2016 sebesar 25 basis poin (bps).(Yuska Apitya/CNN)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================