Mendengar hal itu, PP Muhammadiyah pun angkat bicara. Menurut Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah Anwar Abbas, Schultz sudah melewati batas. Dia bahkan mencurigai bahwa Schultz juga akan mengancam seluruh karyawan Starbucks untuk ikut mendukung pernikahan sejenis.

“Kalau pemegang saham saja bisa dia ancam apalagi karyawan di bawah dia,” tuturnya saat dihubungi detikFinance.

Dengan pernyataan tersebut menurut Anwar, Schultz sama saja menjadikan Starbucks sebuah institusi usaha yang fokus berbisnis tapi juga menyuarakan ideologi tersendiri. Dia khawatir ideologi tersebut juga disebarkan hingga Indonesia.

BACA JUGA :  Resep Membuat Sayur Lodeh Kikil untuk Menu Lezat Penambah Napsu Makan

“Dia ini punya idelogi, punya misi meminta dunia mengakui pernikahan sejenis. Jadi perjuangannya bukan hanya di Amerika, tapi juga di Asia termasuk di Indonesia. Dia menjadikan institusinya sebagai media untuk memperjuangkan ide dan gagasannya. Ini jelas-jelas tidak bisa kita terima,” tegasnya.

Menurut Anwar pernikahan sejenis bukanlah hak asasi manusia yang bisa diperjuangkan. Sebab kata dia hubungan sejenis merupakan penyimpangan.

“Hak asasi itu seperti makan, minum, hidup, bicara, kalau diperjuangkan maka manusia bisa hidup sejahtera. Nah kalau ini beda, bayangkan jika semua orang kawin sejenis maka dalam waktu 100 tahun punahlah manusia,” terangnya.

BACA JUGA :  JJB Terbitakan Tatib Dan Reshuffle Keanggotaan 

Dia pun menghimbau pemerintah agar mempertimbangkan untuk mencabut izin Starbucks di Indonesia. Sebab karena Schultz kini Starbucks hadir bukan hanya memiliki misi bisnis tapi juga menyebar ideologi.

“Saya juga meminta masyaralat untuk mempertimbangkan apakah perlu memboikot produk Starbucks ini atau bagaimana. Karena kalau pemegang saham memberhentikan Schultz maka Starbucks-nya enggak salah. Karena ini akan menyebabkan pendapatan menurun. Kita di Indonesia juga harus bereaksi,” tegasnya. (Yuska Apitya)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================