Pun begitu sampai di Sangkal Putung, korban yang mengalami syok berat, menangis histeris ketika dilakukan pengobatan.

Pemilik pengobatan alternatif Sangkal Putung Umar Said (55) mengatakan, Hanum dibawa ke tempatnya pada Rabu (18/7/2018) petang. “Saat dibawa ke sini kondisinya lumpuh, tak bisa duduk, tidur miring sendiri tak bisa, harus dimiringkan,” ungkapnya.

Ia pun menjelaskan jika Hanum mengeluh kesakitan di bagian kaki hingga punggung. Kendati begitu, gadis asal Krian, Sidoarjo ini masih bisa berbicara, menggerakkan leher dan kedua tangannya.

Menurut Umar, melihat kondisi Hanum, ia menduga korban mengalami saraf kejepit. Namun bila kondisi ini sudah fatal maka bisa saja mengakibatkan kelumpuhan. “Untuk penyembuhannya butuh waktu. Semoga tidak sampai fatal,” tandasnya.

Ketika dimintai keterangan, pihak sekolah mengaku pada hari Jumat (13/7/2018) tersebut, UKKI mengadakan pelatihan untuk promosi ekskul ke siswa baru.

BACA JUGA :  Sarapan Sehat dan Bergizi dengan Tumis Udang Sayuran yang Simple dan Lezat

“Informasi dari anak-anak, waktu itu ada kesepakatan di antara teman-temannya, kalau terlambat datang ada hukuman. Seniornya anak-anak kelas XII menyampaikan hukumannya hafalan surat pendek (Alquran), tapi anggotanya tak mau, minta squat jump. Sudah diingatkan seniornya jangan hukuman itu karena keras. Kesepakatan kelompok tersebut hukumannya tetap squat jump,” jelas Kepala SMAN 1 Gondang, Nurul Wakhidah.

Ditambahkan Nurul, saat itu ada siswa lain yang terlambat. Keduanya dihukum masing-masing squat jump sebanyak 60 kali. Namun teman Hanum hanya mampu melakukan sebanyak 30 kali, sehingga sisa hukuman dibebankan kepada Hanum.

Selesai melakukan 60 kali squat jump, pelajar asal Krian, Sidoarjo ini harus melakukan lagi sebanyak 30 kali. “Sehingga 90 kali squat jump dijalani Hanum sampai selesai. Saat itu dia masih sempat melanjutkan kegiatan, tak langsung jatuh sakit (lumpuh), hanya kakinya katanya sakit semua,” ujarnya.

BACA JUGA :  Enak dan Menyehatkan Tubuh, Ini Dia 5 Manfaat Konsumsi Sarang Burung Walet

Nurul menambahkan, kegiatan tersebut digelar tanpa izin sekolah sehingga tak ada guru yang mengawasi. “Saat kegiatan itu, sekolah masih libur. Sehingga kami semua tak tahu kalau anak-anak membuat kegiatan itu,” terangnya.

Kendati demikian pihak sekolah berjanji akan membantu biaya pengobatan Hanum hingga sembuh. Saat menjenguk Hanum untuk pertama kali, pihak sekolah sempat memberikan biaya berobat sebesar Rp 1 juta.

“Saya sampaikan ke salah satu guru supaya disampaikan ke orang tuanya, sebaiknya dibawa ke medis, tak hanya di alternatif, bisa dipadukan antara alternatif dan medis supaya cepat sembuh,” ujarnya. (net)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================