Ketika wartawan koran ini coba menelusuri kemanakah anggaran miliaran ini mengaÂlir dan untuk apa saja, pengaÂkuan mencengangkan datang dari penanggung jawab PRB yakni Muhamad Burhani alias Burhan.
Lelaki berbadan tegap yang juga ketua organisasi kepemuÂdaan di Kabupaten Bogor itu mengatakan, pendapatan dari PRB itu tidak disetorkan ke pemerintah daerah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, melainkan dari panitia untuk panitia. “Ini kan tidak ada unsur APBD. Jadi, pendaÂpatannya untuk panitia dan tim di lapangan,†katanya.
Ia berkilah jika penyewaan stan di PRB sepuluh hari dari 6 sampai 16 Oktober 2018 per stan dimulai dengan harga Rp200.000-Rp500.000. “Stan sudah disediakan panitia. Jadi, kalau ingin tahu ya tanya ke tim di lapangan. Sebab itu diÂsewakan variasi, setahu saya,†terangnya.
Sementara itu, panitia PRB mengeluarkan klarifikasi terÂkait kasus hoax soal Nissa SaÂbyan yang gagal manggung. Namun, klarifikasi tersebut disesalkan manajemen Nissa Sabyan. Alasannya, panitia menyebut manajemen tidak kooperatif. Padahal, manajemen tidak pernah dihubungi.
“Contohnya, pernyataan terÂtulis yang disampaikan panitia. Di situ tertulis pihak manajemen tidak kooperatif. Kooperatif yang mereka maksud itu seÂperti apa, yang pernah kontak saya siapa, pembicaraannya sampai mana dan yang meÂreka maksud kekeluargaan itu seperti apa. Saya sendiri nggak ngerti maksudnya, kurang jelas pernyataan mereka (panitia, red),†beber Manajer Nissa SaÂbyan, Eki. (Iman R Hakim)