Tujuannya, lanjut dia, untuk mengetahui apakah produk tersebut tahan lama atau tidak. Juga untuk mengetahui batas maksimal masa konsumsi hingga berapa hari.
“Saya terus berdoa.Belakangan Shalat supaya di mudahkan mendapati produk yang baik mampu bertahan sampai 1 bulan,†ungkapnya.
Dia menambahkan, setelah melalui uji coba hingga beberapa kali tersebut, barulah purwanto berani memasarkan produknya. Mulai dari warung – warung di desanya sampai dengan sekolah-sekolah. Pemasarannya menggunakan sistem konsinyasi atau titip jual .
“Jadi saya optimis waktu itu, sekolah-sekolah adalah target utama. Karena anak sekolah itu kan juga memiliki uang saku. Saya bandrol dengan harga jual Rp 5000
per kemasan. Sedangkan sekolah yang saya bidik adalah sekolah saya jaman Smp. Dan Alhamdulillah sesuai dengan target,†tutur alumnus SMP yayasan nurul iman.
Tak puas disitu, purwanto mulai memperluas pangsa pasarnya.Sebab jika hanya mengandalkan kemasan kecil dan segmen pelajar, bukan tidak mungkin jika suatu saat pasar lesu, usahanya pun akan merugi.
“Biasanya kalau segmennya hanya pelajar, saat momentum pelaksanaan ujian, libur sekolah, dan bulan Ramadhan pasar akan sepi. Mulailah saya dan suami mengemas usaha goreng usus dengan kemasan 100 gram sampai satu kilogram. Beruntung langkah ini bisa diterima oleh pasar. Sampai menembus pasar di wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor bahkan ke Tanggerang Selatan,†pungkasnya. (Iman R Hakim)