“Hasil analisis mekanisme sumber salah satu gempa signifikan menunjukkan gempa dibangkitkan penyesaran kombinasi gerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault) dengan kecenderungan strike berarah utara-selatan,” kata Rahmat.

Namun, hingga kini belum ada referensi terkait struktur sesar aktif yang diduga menjadi pembangkit gempa-gempa di Bogor ini. Pepen Supendi dari BMKG pernah membuat kajian adanya klaster gempa di barat daya Gunung Salak pada 2018 lalu. Dalam kajian itu disebut di wilayah barat daya Gunung Salak pernah terjadi 9 kali gempa selama periode 2011-2015, dengan magnitudo 2,0-4,6 M.

BACA JUGA :  Pembinaan Jemaah Haji Kota Bogor, Dedie Rachim Ingatkan Jaga Kesehatan

“Peta Seismisitas Jawa Barat dan Banten periode 1990 – 2000 juga tampak adanya klaster gempa yang mencolok di barat daya Gunung Salak. Ini artinya, aktivitas gempa Klaster Bogor sudah terjadi sejak dulu dan merupakan cerminan berlangsungnya proses pelepasan tegangan pada batuan kulit bumi yang rapuh (brittle) di daerah tersebut,” tuturnya.

BACA JUGA :  Kecelakaan Tunggal, Truk di Imogiri-Panggang Terbalik saat Menanjak

Tak hanya itu, kasus swarm sebelumnya juga pernah terjadi di kawasan gunung api, yang mengalami akumulasi tegangan berkaitan dengan aktivitas pergerakan dan tekanan magma.

“Untuk menjawab apakah fenomena swarm Bogor ini berkaitan dengan aktivitas sesar (tektonik) atau vulkanisme, tampaknya masih masih perlu dilakukan kajian yang mendalam,” pungkasnya. (net)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================