Sugeng mengungkapkan, ruwat yang digelar diisi dengan kirab tumpeng. Berangkat dari perkampungan warga menuju pertirtaan Beji Sari.

Tumpeng dibuat dari hasil bumi yang selama ini menghidupi warga Mojolangu setiap hari. “Konsep tumpeng hasil bumi, yang sudah turun temurun dilakukan sebelumnya,” imbuhnya.

Menurut Sugeng, semua warga Mojolangu menganggap situs Beji Sari sebagai tempat sakral. Namun ketika ada kabar pesta miras digelar para pemuda di malam persiapan ruwat 1 Suro, dirinya tak bisa berkomentar banyak.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Hadiri Kegiatan Prosesi Pengantar Tugas Sekjen Kementerian Dalam Negeri

“Itu kabarnya begitu, kami tidak tahu yang sebenarnya bagaimana. Karena tempat itu, seharusnya dijaga sebagai penghormatan kepada leluhur,” lanjut Sugeng.

Dikutip dari Detik.com, hingga saat ini belum diketahui persis sejarah adanya petirtaan Beji Sari atau situs Nyai Beji Sari. Sugeng mendapatkan cerita turun temurun dari kakek moyangnya. Nama yang disandangkan pada situs berbeda dengan cerita yang ia dapatkan.

“Dulu dari kakek buyut menyebutnya Mbah Ji, bukan Beji. Nah, Mbah Ji itu laki-laki atau perempuan tidak ada yang tahu. Begitu juga ada makam atau tidak kami tidak tahu,” tegasnya.

BACA JUGA :  Luwu Timur Diguncang Gempa Bumi Terkini M 4,1, Berpusat di Darat

Seperti diberitakan sebelumnya, empat warga Jalan Simpang Candi Panggung, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang tewas diduga karena menenggak miras oplosan. Mereka yakni Agus (36), Afarizal (25), Warnu (60) dan Firnanda Prasetya (16). Sementara 8 orang lainnya, tengah menjalani perawatan intensif. (Net)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================