BABAKANMADANG TODAY – Di bawah guyuran hujan yang cukup deras, Menteri Sosial (Mensos) RI, Juliari Pieter Batubara mengecek kesiapan Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Tagana Center Sentul, Desa Hambalang, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Kamis (20/2/2020).

Ia mengatakan, pengecekan kesiapan tim Tagana ini dilakukan untuk lebih mengoptimalkan peran Tagana terhadap bencana yang melanda di Indonesia, tak terkecuali Kabupaten Bogor.

Menurut Juliari, kesiapsiagaan Tagana sangat vital karena akan berpengaruh terhadap berapa nyawa yang tertolong. Sehingga kesiapan dan kemampuan Tagana, berpengaruh dengan kemungkinan memperkecil jumlah korban.

“Kita nggak pernah tahu, bahwa orang atau korban, hidup matinya ditangan mereka. Sehingga perlu kemampuan dan daya tahan, makin mumpuni, peluang menyelamatkan nyawa orang pun lebih besar,” tegas Juliari.

BACA JUGA :  Tahanan Kasus Pencurian Nekat Gantung Diri, Ditemukan Tewas di Kamar Mandi Masjid Rutan Prabumulih

Dalam kesempatan tersebut, ia juga langsung menyaksikan training para tenaga Tagana mulai dari jenjang muda, madya hingga utama. Juliari pun memberikan motivasi dan semangat kepada ratusan relawan Tagana yang bakal di gembleng di fasilitas dibawah Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial itu.

Menurutnya, upaya itu dilakukan untuk
meningkatkan level Tagana sebagai salah satu garda yang paling dibutuhkan saat bencana. Ia juga menyebut hal itu adalah sebuah keharusan melihat kebutuhan mitigasi bencana, lantaran Indonesia yang punya potensi kebencanaan.

“Ada level jenjangnya, muda, madya hingga utama. Mereka dilatih disini, bersama teman-teman dari Universtiy Jepang, yang juga membantu alat latihan dan cara belajar. Soal kebencanaan, nggak mungkin semua pemerinrah yang urusi, tapi harus melibatkan masyarakat berbasis komunitas. Dan Tagana ini merupakan komunitas,” jelasnya.

BACA JUGA :  Usai Bunuh Kekasih, Pria di Batang Nekat Gantung Diri

Keterlibatan Jepang dalam Tagana ini dinilai sebagai kesempatan Indonesia. Sebab, Jepang adalah negara yang layak sebagai tempat belajar kebencanaan.

Terlebih sambungnya, ada kemiripan kondisi wilayah dari dua negara ini. Di Jepang, sambung dia, anak-anak pun paham saat ada bencana dan tindakannya seperti apa.

“Intinya yang harus kita terapkan berbasis komunitas. Adanya tagana dan lainnya bisa nggak guna saat tidak memanfaatkan basis komunitas,” ucapnya.

Selain itu, sambung Juliari, ada juga kawasan siaga bencana, dimana ada kawasan rawan bencana tapi sudah disiapkan orang-orang dilokasi tersebut untuk jadi petugas terlatih. Jadi apabila ada bencana, mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. (Firdaus)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================