Oleh : H. Ade Irawan, MM (Direktur Eksekutif Jaringan Pendidikan Muda Indonesia) Gaung ramadhan akan pergi kini mulai marak dijagat sosial media, baik menjadi sebuah status pribadi mmaupun menjadi sebuah ungkapan dalam layar catatan watshapp grup. Tentu hal ini bisa menjadi sebuah motivasi bahwa ujian terbesar telah dilalui dengan cukup berhasil, namun bisa juga menjadi sebuah antitesis bukankah ramadhan akan terus ada selama kita masih bernyawa. Yang menjadi pertanyaan besarnya, bisakah kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi setelah proses ujian panjang yang dilalui pada ramadhan tahun ini. Ramadahan tahun ini memang tak mudah bagi sebagian besar msyarakat di Indonesia, ramadhan kali ini memang berbeda dengan ramadhan sebelumnya, hal itu tak lain dan tak bukan, karena ramadhan 1441 Hijriah kita tengah menghadapi pandemic virus corona (covid1-19), semua aktivitas masyarakat mulai dari beribadah, bekerja dan berkomunikasi tak lagi sama dengan tahun sebelumnya. Kita dimintakan untuk tetap dirumah baik beribadah maupun bekerja, hal ini dilakukan untuk menghindari lamanya pandemic corona di bumi tercinta kita ini, Indonesia. Banyak kisah dan cerita pada ramadhan tahun ini, sebut saja saja para tenaga medis yang berjibaku merawat para pasien virus corona, aparatur sipil negara, pegawai BUMN/BUMD, dan para karyawan perusahaan dimintakan untuk bekerja dirumah, perbelanjaan atau perekonomian banyak dilakukan melalui sistem online, pembelajaran siswa dilakukan melalui daring, meeting atau pertemuan-pertemuan dilakukan secara virtual, dan yang lebih heroik kondisi ini membuat keshalehan sosial masyarakat kita tumbuh, ada yang berbagi dengan memberi sembako, berbagi masker dan Aalat pelindung diri (APD) dan banyak aktivitas sosial lainnya yang menjadikan ramadhan ini lebih berkesan dari ramadhan sebelumnya. Sejatinya, kisah dan cerita-cerita itu membekas dalam diri kita terutama bagaimana puasa ramadhan mengembleng manusia menjadi manusia seutuhnya, dalam artian bagus jasmani dan rohaninya. Puasa ramadhan bukan hanya proses menahan lapar dan haus, dia merupakan sebuah siklus dimana jasmani manusia kembali dibuat normal kembali, bila selama 11 bulan tubuh manusia digenjot untuk terus memenuhi kebutuhan hasratnya, namun dibulan puasa ini semua serba dibatasi, tubuh ini diukur dalam satuan waktu yaitu berbuka puasa dan sahur. Di dalam kitab Syarah al-Yaqut al-Nafis fi Mazhab Ibn Idris yang ditulis oleh Syekh al-Habib Muhammad bin Ahmad al-Syathiri halaman 447 diterangkan bahwa faedah puasa adalah ia memberikan kesehatan kepada pelaksananya, karena puasa berpengaruh besar terhadap pencernaan makanan.
BACA JUGA :  Wajib Tahu! Ini Dia Manfaat Okra untuk Diet Turunkan BB
============================================================
============================================================
============================================================