Foto Stasiun Bogor yang diambil pada tanggal 08-10-1904 oleh M. Louise Treub, seorang kerabat dari Melchior Treub (1851-1910) yang saat itu menjabat sebagai kepala Kebun Raya Bogor.
Foto Stasiun Bogor yang diambil pada tanggal 08-10-1904 oleh M. Louise Treub, seorang kerabat dari Melchior Treub (1851-1910) yang saat itu menjabat sebagai kepala Kebun Raya Bogor.

BOGOR-TODAY.COM, BOGORStasiun kereta api Bogor pada masa kolonial Belanda bernama Station Buitenzorg adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Cibogor, Bogor Tengah, Kota Bogor pada ketinggian +246 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta. Stasiun yang dibangun pada tahun 1881 ini menjadi stasiun terminus untuk perjalanan Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line yang melayani kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), yakni menuju Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Angke, Stasiun Kampung Bandan hingga Stasiun Jatinegara.

Mengutip wikipedia.org, pada awal tahun 1870-an, Nederlandsch-Indische Spoorweg (NIS) Maatschappij membangun stasiun di Buitenzorg sebagai bagian terakhir dari jalur kereta api Batavia-Buitenzorg yang menghubungkan Kleine Boom dengan Buitenzorg. Stasiun ini dibuka untuk pertama kalinya untuk umum pada 31 Januari 1873.Tidak kurang dari 40 tahun pertama, stasiun ini dikelola oleh NIS.

Tahun 1881, Staatsspoorwegen (SS) membangun Stasiun Buitenzorg yang kedua sebagai bagian dari pembangunan jalur kereta api Bogor-Bandung-Banjar-Kutoarjo-Yogyakarta. Pembangunan jalur kereta api ini mengharuskan adanya peran pemerintah mengingat biaya pembangunannya lebih mahal daripada pembangunan lintas datar.

Dengan menunjuk David Maarschalk sebagai kepala jawatan, dibangunlah jalur kereta api tahap pertama SS, yaitu pembangunan lintas selatan Jawa serta pembangunan jalur Surabaya-Pasuruan-Malang. Pada 5 Oktober 1881, jalur kereta api segmen pertama, Bogor-Cicurug, telah selesai. Per tanggal 17 Mei 1884, jalur telah sampai di Bandung.

BACA JUGA :  Parigi Moutong Diguncang Gempa M4,8, Terasa di Sausu hingga Poso

Kemudian, pada tahun 1913 jalur kereta api Batavia-Buitenzorg dibeli oleh SS. Dahulu, sebuah lapangan luas bernama Taman Wilhelmina pernah menjadi bagian dari stasiun Bogor.

Renovasi stasiun pernah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan (kemenhub) tahun 2009. Bangunan stasiun yang bertuliskan “1881” ini, yang menghadap Jalan Nyi Raja Permas (Taman Topi) ini akhirnya tidak difungsikan sebagai pintu masuk stasiun untuk umum. Kini bangunan stasiun dipindah menghadap Jalan Mayor Oking.

Bangunan dan tata letak

Stasiun ini memiliki dua bangunan yang berdampingan. Bangunan utamanya adalah bangunan area masuk ke stasiun, lobi, kantor administrasi, tempat penjualan tiket, dan fasilitas lainnya. Sementara itu, bangunan keduanya adalah bangunan overcapping yang menaungi peron dan dua jalur kereta api.

Stasiun ini memiliki delapan jalur kereta api. Jalur 3 merupakan sepur lurus arah Depok-Jakarta sekaligus sepur raya jalur tunggal arah Cianjur-Padalarang. Jalur 5 merupakan sepur lurus jalur ganda arah hilir (dari Depok–Jakarta)

Arsitektur bangunan lama stasiun

Stasiun ini kental dengan nuansa Eropa yang kaya akan ornamental geometris seperti awan, kaki-kaki singa, dan relung yang terpengaruh gaya Yunani Klasik dengan unsur simetris dan serba geometris. Gaya bangunan stasiun adalah Indische Empire dengan sentuhan pintu masuk dan lobi utama bergaya Neoklasik.

BACA JUGA :  Cekcok Persoalan Rumah Tangga, Pria di Majalengka Nekat Bakar Mobil dan Rumah Mantan Istri

Pada ruang VIP berdiri prasasrti dari marmer setinggi 1 meter. Monumen ini sebagai simbol tanda ucapan selamat pagi dari para karyawan SS kepada David Maarschalk yang memasuki masa pensiun atas usahanya mengembangkan jalur kereta api di Jawa. Prasasti ini dibuat sebagai pengganti patung David Maarschalk yang dulunya berada di tempat prasasti ini.

Bentuk atap pelana dan gerbang melengkung pada fasad depan memberikan kesan anggun bangunan. Dindingnya berupa bata plesteran dengan guratan bergaris serta adanya moulding cornice yang membingkai atap jurai di atasnya. Jendela dan pintu terbuat dari kayu dengan ukuran yang kuat sehingga memberikan kesan klasik bangunan. Peron stasiun dipayungi overcapping yang terbuat dari besi bergelombang yang ditopang kerangka baja.

Saat ini, meski bangunan utama stasiun relatif tidak berubah, overcapping stasiun telah mengalami perubahan. Tritisan atap stasiun kini telah sebagian dilubangi dan dipotong, dan kerangka bajanya juga diiris sebagian di atas jalur 3 untuk mengakomodasi kabel listrik aliran atas saat KRL Batavia-Buitenzorg dioperasikan. KRL tersebut mulai beroperasi tahun 1925 untuk memperingati hari ulang tahun SS yang ke-50. (net)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================