Gempa besar
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto. Foto : Dokumen BNPB

BOGOR-TODAY.COM, PANDEGLANG – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto merespon soal peringatan potensi gempa besar megathrust di Selat Sunda, Banten dengan kekuatan magnitudo 8,7

Menurutnya, perkiraan mengenai potensi bencana besar itu merupakan bahan edukasi bagaimana caranya mitigasi bencana bagi masyarakat.

“Soal potensi bencana gempa besar, itu berdasarkan sejarah krakatau meletus, tsunaminya sampai 30 meter pada 1883,” kata Suharyanto.

Kata dia, peringatan akan potensi megathrust Selat Sunda itu harus membuat masyarakat faham dengan mitigasi. Minimal mereka mengetahui ke mana rute evakuasi lalu di mana saja tempat-tempat pengungsian yang lebih aman.

BACA JUGA :  Berdampak Positif Bagi Masyarakat, Pemkab Bogor Dukung Rencana Pengembangan IPB University di Dramaga dan Jonggol

Mitigasi bencana pun menurutnya bukan hanya berguna bagi setiap individu saat ada bencana besar terjadi. Tapi juga bisa mencegah jatuhnya korban jiwa yang lebih besar di luar perkiraan semua pihak.

“Semoga semakin lama semakin baik. Apabila itu (Megathrust Selat Sunda) betul-betul terjadi, paling tidak korbannya tidak sebesar yang kita takutkan,” pungkasnya.

Dikabarkan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi akan adanya potensi gempa besar dari megathrust Selat Sunda dengan kekuatan magnitudo 8,7 dan berpotensi tsunami.

Melansir kompas tv, Senin (17/1/2022) Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan potensi gempa itu dikarenakan segmen megathrust Selat Sunda merupakan salah satu zona seismik gap di Indonesia, yang selama ratusan tahun belum terjadi gempa besar.

BACA JUGA :  Sayur Lodeh Malaysia, Wajib Cobain Menu Lezat Ini Bikin Ketagihan

Menurutnya, gempa Ujung Kulon, Banten Jumat (14/1/2022) lalu, sebenarnya bukan ancaman sesungguhnya.

Karena, segmen megathrust Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo tertarget mencapai 8,7.

Daryono mengimbau, ancaman gempa besar itu perlu diwaspadai karena dapat terjadi sewaktu-waktu. Karena, hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi kapan gempa terjadi.

“Gempa besar di Selat Sunda itu bisa jadikan alarm,” tukas Daryono (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================