Legacy of History
Bagi para pecinta wisata sejarah, wahana wisata Baik Heritage kembali membuka rute seri keduanya, “Legacy of History”. Seri kedua ini merupakan sambungan dari seri pertama lalu, “The Lost Kingdom of Dayo Pakwan”.

BOGOR-TODAY.COM, BOGOR – Bagi para pecinta wisata sejarah, wahana wisata Baik Heritage kembali membuka rute seri keduanya, “Legacy of History”. Seri kedua ini merupakan sambungan dari seri pertama lalu, “The Lost Kingdom of Dayo Pakuan”.

Berbeda cerita dari seri pertama, seri Legacy of History bertema tentang masa kolonial di Bogor. Dimulai dari bangunan Kantor Pos di jalan Juanda yang dahulunya adalah sebuah gereja.

Wajah toleransi beragama sudah tercermin dari keberadaan gereja ini dulunya. Jemaah Protestan dan Katolik bergantian dalam menggunakan gereja ini. Setelah akhirnya pemerintah Hindia Belanda membuatkan dua gereja terpisah yaitu Gereja Zebaoth dan Gereja Katedral.

BACA JUGA :  Takengon Aceh Tengah Diguncang Gempa M4,9

Setelah itu peserta akan diajak melintas tanjakan kacapi Paledang, ekstrim dan curam cukup menguji nyali dari para pesepeda. Usai menuruni tanjakan kacapi, ada sebuah dam kecil buatan Belanda yang membelah aliran Kali Cipakancilan menjadi Kali Cidepit.

Yang berbeda dari seri sebelumnya, para peserta akan diajak menilik sebuah situs bebatuan pada masa Megalitikum, Situs punden Berundak Gunung Batu. Di area situs ini tampak tumpukan bebatuan berada di ketinggian. Diduga situs ini merupakan area peribadatan pada masa lampau.

BACA JUGA :  Kordinatoriat PWI Bogor Timur dan PWI Kabupaten Bogor Gelar Santunan Yatim

Destinasi berikutnya adalah makam pejuang revolusi, Abdullah bin Nuh dan Kantor Makorem. Kedua spot ini merepresentasikan perjuangan masa revolusi dan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda.

Belum sampai disitu, peserta diharuskan mengayuh sepedanya sejauh kurang lebih empat kilometer untuk melihat sebuah bangunan dengan arsitektur khas Jawa. Diberi nama Svarna Bhumi, sebuah bangunan Joglo, yang pernah didiami mantan Wakil Presiden RI kedua, Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersama istrinya, Norma Musa.

Bangunan ini seolah menjadi saksi bisu bukti cinta mereka saat di Bogor.

============================================================
============================================================
============================================================