Militer Inggrislah yang kemudian menyematkan lambang Zeven December Divisie (Divisi 7 Desember), sebagai tanda peringatan sekaligus ungkapan terima kasih dari Eropa kepada Militer Belanda yang dianggap telah mengembalikan “kedamaian dan ketertiban”.

Sayangnya, kemegahan tugu pilar ini tidak bertahan lama. Pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1958, DPRD dan Pemerintah Kotapraja Bogor sepakat untuk menghancurkan Tugu peninggalan Belanda ini.

Keinginan untuk meratakan tugu tersebut tentu tidak serta merta dilakukan begitu saja. DPRD Kotapraja Bogor di bawah pimpinan Drs. Sutjipto sebelumnya mengadakan sidang kilat untuk membentuk Panitia Hari Kebangkitan Nasional untuk pembongkarannya.

Sidang kilat ini juga sempat diwarnai penolakan oleh Kepala Jawatan Kadaster yang menerangkan secara teknis mengenai pentingnya tugu pilar ini sebagai titik pengukuran dan pembuatan peta. Kalau titik triangulasi ini dibongkar maka pembuatan titik baru tentu akan memakan biaya yang tidak sedikit. Meski begitu, mereka juga tidak berkeberatan jika memang tugu ini harus dibongkar.

BACA JUGA :  Lauk Sehat Rendah Lemak dengan Ikan Kukus Asam Pedas

Hasil sidang kilat itu kemudian disampaikan kepada Presiden Sukarno oleh Kepala Daerah Kotapraja saat itu, Pramono Notosudiro. Presiden menyatakan tidak keberatan kalau penghancuran tugu itu sudah menjadi kehendak rakyat, tetapi beliau juga menyarankan agar mendirikan tugu nasional baru yang lebih megah dan layak.

Pembongkaran tugu pilar dilakukan bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional pada tahun 1958 dengan menghabiskan biaya sekitar Rp. 15.000,-. Pembongkaran tugu pilar dilakukan dengan meletakkan beberapa dinamit di setiap sudut pondasi tugu. Ledakan itu pun meratakan bangunan pilar yang dianggap sebagai monumen kesombongan Belanda.

Untuk menggantikan fungsi keindahannya, dibuatlah sebuah taman kecil lengkap dengan kolam dan air mancurnya. Oleh penduduk setempat, kawasan itu kemudian dikenal dengan nama Air Mancur.

BACA JUGA :  Timnas Indonesia Menang Tipis 0-1 Lawan Australia

Seiring perkembangannya, kawasan ini sudah mengalami beberapa kali perubahan sampai kemudian dikenal dengan nama Taman Air Mancur. Meskipun begitu, sisa-sisa peninggalan tugu ini masih tetap digunakan, meski hanya sebatas namanya saja yaitu Lebak Pilar.

Pembongkaran tugu pilar dilakukan dengan meletakkan beberapa dinamit di setiap sudut pondasi tugu. Ledakan itu pun meratakan bangunan pilar yang dianggap sebagai monumen kesombongan Belanda.

Untuk menggantikan fungsi keindahannya, dibuatlah sebuah taman kecil lengkap dengan kolam dan air mancurnya. Oleh penduduk setempat, kawasan itu kemudian dikenal dengan nama Air Mancur.

Seiring perkembangannya, kawasan ini sudah mengalami beberapa kali perubahan sampai kemudian dikenal dengan nama Taman Air Mancur. Meskipun begitu, sisa-sisa peninggalan tugu ini masih tetap digunakan, meski hanya sebatas namanya saja yaitu Lebak Pilar. (*)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================